#####
Singkat cerita, setelah having lunch di rumah Tante Mila dengan lauk kerang dan cumi lewat delivery order, pada pukul 13.00wrd gue pun siap-siap berangkat jalan-jalan siang dari rumah Dini.
Yuupz.. Everybody knows, kalo seafood akan memacu produksi sperma dengan cepat. Secepat mesin bore-up memacu power untuk memproduksi topspeed. (bagi ente pecinta speed freak atau para speedgoerssejati pasti tahu itu).
Sambil menunggu Dini dandan, gue duduk santai di sofa ruang tamu sambil iseng membaca tabloid flora dan fauna. Whaduhh.. muke gilee!!.. Pas gue membuka lembaran tabloid flora dan fauna itu, terlihat gambar monyet sedang tertawa dan menunjuk ke arah gue dengan membawa pisang.
"Wah monyet di ketawain monyet neeh.." gumam gue keki tak lupa garuk-garuk kepala ala Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng karena di depan gue juga terhidang kacang rebus yang masih hangat mengepulkan asap.
Masak gue harus gantian tertawa dan menggenggam kacang sambil nunjuk ituu monyet dalam tabloid??Yang bener aja man!!
* * * * * * *
Sekilas tentang Tante Mila. Beliau sudah 5tahun join di MLM ternama dan sudah berada di peringkat 3 dari yang paling atas atau sudah berada di posisi Crown Ambassador, dengan penghasilan 50jt-70jt perbulan.(No Hoax!!). Gue tahu banget soal ini karena salah satu temen gue juga ada yang ikut MLM ini. Dia menerangkan secara detail mengenai profit yang akan di peroleh. Jadi Tante Mila tinggal duduk manis di rumah dan tiap bulan tinggal cek saldo rekening. Sesuai dengan Cash Flow Quadrantnya Robert T Kiyosaki, bahwa bukan kita bekerja untuk uang, tapi uang bekerja untuk kita. Tante Mila juga hold on her own bussines. BoutiQue, meski ga terlalu besar, dan sebuah Caffe Corner meski ga terlalu mewah.
Oom Tio adalah salah satu Direksi didalam jajaran Staff Mine's Energy tbk di Kalimantan. How much the salary? I dont know exactly..
Kakak Dini, Mas David, stay di Seattle USA, he works on Carnival Cruise Ship as Supervisor Assistant Dinning Room. 10bulan sekali pulang ke Indonesia. Kadang kala membawa Kahlua, Black Label, Bolls Blue Curracaou, Contreau, Jack Daniel's dll. You know 'bout that dude, right?
* * * * * * *
Tante Mila dan Oom Tio terlihat asyik bercengkerama mesra sambil melihat acara tivi diruang santai.
"Moga aja Dini pake baju sopanan dikit biar kontie gue istirahat sejenak.." gumam gue seraya mengemil kacang rebus.
"Duuch.. Anak Papa cantik beneer.. Mau kemana sayang? hmm?" tanya Oom Tio.
"Ni cuma mau jalan-jalan aja kok Pa, Ma, sekalian beli sesuatu.." jawab Dini singkat.
"Sama Reno?” ganti Tante Mila bertanya.
"Yoi Maa.. Sama siapa lagi kalau ga ma si gebleg Reno.." tukas Dini.
"Aduuhh.. Jangan bilang geblag-gebleg gitu ahh, sayaang. Kasian Renoo donk.. Dia kan udah bahlul turunan, masak kamu tambahin gebleg.. Hahaha!!" celoteh Tante Mila gokil seraya ngakak sampai buah tokednya bergerak-gerak lembut didalam balutan daster santai rumahan tipis dengan aksen bunga-bunga cerah se-paha, dan bertali kecil dipundak.
"Hahaha!! Mama lucu juga ternyata.." tawa Oom Tio sambil memeluk horny dan ngedusel-duselkan wajahnya ke leher jenjang Tante Mila yang wangi itu.
"Ii.iiih Papa genit ahh! Ya sudah, Dini mau berangkat dulu.. Daaagh!!" tukas Dini cepat.
Ketika gue masih berkutat dengan gambar monyet, tiba-tiba suara lembut menyapa dengan mesra,
"Hii ganteng.. Cabut yuuk.."
Hemm.. harum aroma parfum Isse Miyake terpancar dari tubuh semampai yang sekarang tengah berdiri di depan gue. Belum sempet gue menoleh ke arah Dini,
"Oouw.. Potret diri ya Ren? mirip ga gitu yaa, hahaha!" ejek Dini ketika ada gambar monyet yang sedang gue pantengin. Settt dah ni bocah.
Gue dongakkan kepala dan melihat Dini. Dengan balutan kaos warna putih ketat Moun Blanc ngatung sedikit diatas puser, so puser indah ber-piercing emas putih dan kulit lingkar pinggang mulus ber-tatto kupu-kupu itu terlihat mengintip seksi. Dipadu dengan celana jeans ketat Giovanni Perucci selutut warna hitam, sungguh menambah pesona si Peri Kecil.
Sandal bertali dengan high heels 3cm warna putih Cibaduyut, melingkar dengan erat di betis bunting padi Dini. Tak lupa juga jemari lentik berkulit putih itu menenteng Dolce&Gabana wowen's Bag. Rambutnya dibiarkan indah tergerai. Ahaa.. Di cuping hidung sebelah kiri tampak bertengger tindik silver yang mungil. Ampunn dah si Dini pinter banget dress up nya.
"Cantik banget lo Din.." gumam gue tanpa sadar, dan tanpa kontie menegang. Hanya rasa sayang yang terpancar dari sorot mata elang gue.
Wajah Dini merona tambah merah sewaktu mendengar gumaman jujur gue, di tambah dengan sapuan blush on merah tipis di tulang pipi kanan kirinya.
"Oke My Little Fairy, Let's Go.." ujar gue sambil beranjak berdiri di depannya.
Gue tatap wajah cantiknya. "Cuup" kecupan sayang mendarat di kening Dini.
"Love you, My Little Fairy.."
"Love u too.. My Guardian.." sahut Dini sambil tersenyum manis.
Yuupzz.. Jauh dari senyum nakal dan jauh pula dari senyuman binal. Ohh God.. I'm so cheer when she holds my arm. Dini menyelipkan jemari putih itu di lengan kiri gue dengan mesra dan melangkah berjalan beriringan. Ternyata seperti inilah yang dirasakan orang waktu pacaran.
Fyuhh!.. Senangnya hati ini...
#####
"Panas banget Ren, kita pake mobil aja deh. Si telur asin masukin ke garasi aja yaa.." ucap Dini.
“Oke deh kalau begitu, Din..” sahut gue menyetujui usul cewek gue ini.
Yuupz.. Siang ini memang begitu terik, so enakan bawa Audi aja.
"Lo yang bawa atau gue yang nyetir?" tanya Dini cepat.
"Haa?!! Eehh.. Mmp!!" jawab gue bingung dalam mencerna ucapan Putri Tante Mila dan Oom Tio ini.Anjriitt.. Mulai dah si kutu kupret ini.
"Hahaha!!! Reno si Macan Kampuz melongo bego' kaya abis nelen curut.." bilang Dini sambil ngakak keras.
"Aah sialan lo Din.. Mana kuncinya?" gerutu gue keki.
"Hati-hati bawanya, Ren. Jangan keliru mundur terus, hihihiii.." Dini masih aja meringkik meringkik keledai.
"Bruum!.. brumm!.. brumm!" Deru suara mesin di muntahkan lewat pipa Tsukigi yang terhubung ke Yoshimura muffler terdengar menggelegar.
"Sun roof nya di tutup aja yaa, silau neeh.." ujar Dini sambil menekan tombol close.
Dan melajulah Audi solid black itu membelah jalanan di iringi lagu-lagu Grunge dari suara serak Kurt Cobain pentolan Nirvana.
#####
"Kemana kita?" tanya gue cool.
"Nyari underwear dulu deh, Ren. Abis itu kemana kek terserah lo aja, gue nurut.." jawab Dini.
Selang beberapa saat, kami berdua terjebak dalam kemacetan karena ada kereta api lewat.
Tiba-tiba Dini bercerita denganpenuh antusias,
"Eeh ganteng! Gue kan pernah naik kereta neeh. Nhah di dalem gerbong itu kan ada tuuh kursi yang khusus buat orang CACAT..”
“Terus..” sela gue.
“Semua penumpang kereta juga udah pada tahu dan ga mau duduk di situ. Eee.. Tiba-tiba aja malah di dudukin sama salah seorang cowok dengan santainya. Langsung aja gue bilang,"Mass, JELEK tuuh bukan termasuk CACAT lhoh yaaa.."
"Hahaha.. Hahaa!!" gue ngakak keras banget.
"Serius lo bilang gitu, Din? anjritt dah, gokil banget lo.. Terus.. Terus?" tanya gue masih ketawa dan penasaran. Bener bener dah Dini.
"Ya iyalaah Ren, gue serius bilang gitu.. Nah terus, tuh cowok langsung ngacir malu soalnya para penumpang di sekitar tuh cowok pada ikutan ngakak.." cerita Dini penuh semangat dan berapi-api kaya Bung Karno lagi berpidato.
Haha.. Gilaa bro.. Mengasyikkan banget neh jalan sama si Dini. Dan beruntungnya guee...
#####
Gue dan Dini sudah sampai di sebuah Mall. Gue rada tenang brothaa karena busana yang dikenakan Dini rada tertutup. Cuma kulit putih lingkar pinggang yang ada tatto kupu-kupu sama puser yang ada tindiknya, terlihat mengintip. Walaupun kadang kala karet celana dalam Calvin Klien warna birunya juga terlihat dikarenakan celana jeans selutut Dini yang model hipster.
Gumpalan daging toked 36B nya terlihat membusung indah karena di sanggah oleh half cup bra Cattleaa tapi masih tertutup kaos. Jadi over all, tubuh Dini tertutup dari tatapan mupeng setan-setan yang terkutuk.Yang merasa setan ga usah protess!! .. Jiakaka!!!
Masih bergandengan dengan mesra, gue dan Dini menuju counter Victoria Street. Lhadalaah..!! Itu bra sama celana dalam kok pada di umbar ya? kaya ayam aja. Haha.. Gue mesam-mesem aja melihat itu semua. Banyak juga pengunjungnya. Oom-Oom sama Tante-Tante, pasangan Bapak-Ibu, pasangan muda (kaya gue dengan Dini), dan ada pula yang sendirian.
"Din, gue tunggu disini aja ya.. Have fun.." bilang gue ke Dini, karena gue merasa janggal aja masuk di area cewek.
Gue liatin Dini yang mulai memilih dan memilah. Dan pandangan mata Oom-Oom, Bapak-Bapak, pasangan cewek-cewek pada mulai ngelirik Dini. Gue bangga banget dong jadi cowoknya. Gue liat ada seorang Oom yang mulai mendekati Dini.
"Lo godain aja Din, si Oom yang ngedeketin lo.." sms gue ke Dini, karena Dini memang rada ekshibisionis.
Dini membaca sms gue dan mengacungkan jempol ke arah gue. Gue pun beranjak untuk lebih dekat ke posisi Dini, biar tahu apa yang akan terjadi. Silent Attack Begin!!
Dini mulai membungkukkan tubuh untuk mengambil sebuah bra. Otomatis baju yang di pake Dini tersingkap keatas dan menampakkan sebagian kulit punggungnya yang putih licin. Tatto Dini pun terlihat jelas, seksi sekali ditambah karet celana dalam Calvin Klien warna biru yang ikutan nongol.
Si Oom yang dibelakang Dini terlihat memelototi kulit mulus licin Dini. Tenggorokannya tampak menelan ludah. Haha.. I’ve got you, old man!!
Dini mulai melihat celana dalam Victoria Street yang sudah dipegangnya. Dengan pura-pura meneliti jahitan, jemari lentik berkulit putih itu mengusap-usap tepat di bagian segitiga kecil penutup memek. So naughty!!
Kemudian di lekatkan celana dalam itu di pinggangnya yang ramping. Gaya Dini yang sensual telah membuat si Oom mulai berani semakin mendekati Dini dan melancarkan SSI.
"Wow, match banget tuh cd kalau kamu pakai, Sis.." kata si Oom sok kenal. Dini memandang Oom-Oom ganjen itu sebentar.
"Masa sih Oom? seksi gitu yaah?" tanya Dini centil, dan mulai keluarlah kedua tanduk di kepalanya.
"Iya seksi banget. Apalagi warnanya hitam akan kontras dengan kulit kamu yang putih mulus, Sis.." rayuan gombal si Oom mulai berusaha membombardir pertahanan cewek cantik bertinggi badan 172cm itu.
"Aah.. Si Oom bisa aja. Hihihiii.." sahut Dini seraya cekikikan manja.
Melihat sikap Dini yang jinak-jinak merpati, si Oom pun semakin pEdE sehingga bertambah berani melontarkan peluru rayuan ke Dini, dengan bilang,
"Sekalian bra-nya aja Sis. Ada yang seksi banget.. Niih coba kamu lihat."
Anjritt!! Gue juga mulai horny membayangkan kalau bra itu di pake Dini. Dengan model jaring-jaring rada lebar, jika seandainya bra tersebut dipakai Dini, maka kulit daging buah toked Dini yang putih itu akan terlihat merangsang banget. Apalagi ujung bra itu berbentuk lidah melet kecil lambang grup bandnya Mick Jagger, The Rolling Stone.
"Pinter juga nih si Oom milihnya, pasti udah pengalaman banget.." batin gue kagum sembari menggaruk kulit kepala yang tidak gatal.
Gue tetep rada dekat dengan posisi Dini, takut si Oom tiba-tiba aja nekat. Hahaha..
"Iiiih.. Seksi bangeettt.. Kalau di pake pasti bikin horny yang ngelihat, kale yaa. Hihihii.." celoteh Dini sambil mengepaskan di dada.
Ooh sitt!! Gaya Dini sensual banget. Sambil ber-flirting dengan menggoyangkan sepasang tokednya yang mengacung itu.
"Ngghh!! tapi cukup engga' yaa??" ucap Dini terdengar manja, sehingga membikin gemes setiap orang yang mendengarnya. Terlebih si Oom yang lagi berdekatan dengan dirinya.
"Emm.. Memang ukuran dada kamu berapa Sis?" tanya si Oom semakin berani dan nakal.
Dengan senyum iblisnya Dini berbisik,
"Oom tau ga kira-kira berapa? hmm?"
Gue lihat si Oom mulai grogi dan menelan ludahnya sendiri untuk yang kesekian kali.
"Mmm.. Berapa yaa?.. Ntar kalu bener emang mau dikasih apa?" tantang si Oom mulai memasang ranjau-ranjau birahi.
"Piass" wajah Dini langsung merah demi mendengar jawaban si Oom akibat pertanyaannya sendiri. Yuupz.. Seperti menggali lubang kubur untuk diri sendiri. Tapi bukan Dini kalau ga bisa berkelit dan membalas ucapan si Oom.
"Well, I will show a part of my body if you able to guess correctly.. Once answer, once chance.. But you have to remember, old man. If you wrong with your answer, so everything that I want overhere, you must pay all. Of course, if you have bravery. Deal??" jawab Dini mantap dengan mengerinyitkan mata indahnya seakan-akan hendak menelan si Oom.
"Oke, deal.." jawab si Oom dengan senang, nafsu, degdegan, dan lainnya.
"Setan Alas!!" batin gue geram dan ga rela setelah semua mendengar dirty talk itu.
#####
Si Oom langsung menempatkan diri di hadapan Dini. Bak seorang ahli taksir Pegadaian, dia mulai menaksir dan mengukur besaran volume bongkahan toked Dini dengan hanya melihatnya. Gue pun tak ayal lagi juga ikut-ikutan tegang hati dan tegang kontie membayangkan Dini bakal mempertontonkan sebagian tubuh seksinya kepada si Oom yang baru aja Dini kenal di counter Victoria Street ini.. Ggggrrrhhhhhh!!!!
"Oke Oom, time's enough. So, apa jawaban Oom?" tanya Dini dengan tenang dan bahkan dengan nakal dia sedikit menggoyangkan buah payudaranya yang besar itu.
"Oke.. Jawaban Oom, susu kamu mempunyai ukuran 38.." jawab si Oom vulgar dengan mimik penuh keyakinan, bahwa jawabannya benar dan dia akan mendapatkan sebuah tontonan yang sangat mengasyikkan.
"Haha.. Jawaban Oom salah!! So, you have to pay all things that I've choosen here.." bilang Dini yakin.
Dah,
"Fyuuh" gue pun ikutan lega dan tersenyum senang dengan semua ini.
Si Oom melongo ga percaya.
"Aah bagaimana kamu bisa bilang begitu kalau Oom ga tau sesungguhnya ukuran bra kamu sis??" protes si Oom ga terima.
Tiba-tiba ada sms di hape gue dari Dini.
Lo tenang aja Ren, I'll take good care myself.. Tapi lo deket-deket gue yaah..
Gue langsung menatap Dini, dan menganggukkan kepala tanda setuju. Gue juga ga tau apa yang sebenarnya akan di rencanain Dini.
"Oke Oom, untuk ngebuktiin kebenarannya, akan gue tunjukin.. But you must stay out from fitting room.." ucap Dini.
Dini berjalan kearah fitting room dengan gaya berjalan ala model di catwalk. Memamerkan goyang pinggulnya yang mampu membuat setiap kepala kontie ngeces. Termasuk gue dan si Oom yang berjalan mengekor di belakang Dini.
Dini sudah di dalam fitting rOom yang paling pojok tanpa menutup tirainya. Sedangkan si Oom berdiri mematung di luar fitting rOom dengan wajah penuh nafsu karena akan melihat live show yang ditunjukkan Dini. Terlihat dari jakun yang naik turun.
What the hell!! Dini membelakangi si Oom. Gue yang berdiri di daerah dekat fitting rOom pun dapat melihat aksi Dini. Dengan seakan-akan melakukan streaptease, Dini pun mulai menggoyangkan tubuh seksi yang semampai itu perlahan. Tangan putih berjemari lembut itu mulai mengangkat pelan-pelan kaos yang membalut tubuhnya.
Mulai terlihatlah kulit putih bagian punggung bawah.. Ditambah karet celana dalam yang juga terlihat jelas.Ohh shitt!! Gerakan tubuh Dini semakin hot, dan semakin membangkitkan gairah birahi bagi siapa saja yang melihatnya. Terlebih pada saat kaos bagian belakangnya semakin terangkat tinggi sampai ke leher, goyang pinggul Dini pun juga semakin liar menggoda. Kontie si Oom gue lirik sudah ngejendol, demikian pula dengan kontie gue.
Dini menolehkan kepalanya kebelakang di iringi senyuman iblis yang menyeringai tajam. Dengan kelihaian tingkat tinggi, kaos bagian depan tersebut tetap menutupi sepasang melon putih berputing pinky yang pernah gue pejuhin itu, meskipun kaos yang bagian belakang tersingkap sampai leher, dan memperlihatkan bra yang dikenakannya.
Wajah cantik yang nakal menggoda, saat jemari lentik Dini mulai merayap begitu perlahan menuju kait bra. Berhenti. Dan,
"Bantuin lepasin dong Oom.. Mau gaa? Hmm??” pinta Dini dengan sedikit rengekan manja. Si Oom ganjen terkesima beberapa saat.
"Tapi abis itu, get back and tetep stay out.." imbuh Dini.
Dengan gugup, si Oom pun melangkah masuk kedalam fitting rOom, dan berdiri tepat di belakang Dini sambil curi-curi kesempatan dengan mengelus pelan punggung mulus Dini, dan akhirnya.. "thass"terlepaslah kaitan bra yang dikenakan Dini oleh jemari si Oom. Setelah tahu kait pembungkus toked itu terlepas, si Oom pun keluar dari fitting rOom.
Dibiarkan menggantung sebentar seakan memberikan kesempatan pada si Oom untuk mencuci mata dengan memelototi punggung telanjang bulat Dini yang putih, dan mulus mengkilat. Si Oom ternganga melihat keindahan yang terhampar di depan kedua bola matanya. Dengan cepat Dini melepas ke dua tali bra-nya melalui lengan dan lobang tangan bajunya kanan kiri.
"Shrett.. Shret.." suara bra terlepas seutuhnya dan kaos yang dipakai Dini juga langsung menutupi seluruh bagian atas tubuhnya.
Yuupz.. Sekarang Dini no bra. Putingnya terlihat samar nyeplak di kaos Moun Blanc warna putih yang ia pakai. Dini berjalan pelan kearah si Oom, dan memberikan half cup bra nya itu.
"Cium donk Oom, dan rasakan aromanya.." kata Dini dengan sensual sambil menatap tajam kedua mata si Oom.
Bagai kebo di cocok hidungnya, si Oom langsung membaui bra yang baru saja membungkus buah payudara Dini.
"Hemmmhh.." suara si Oom yang sedang asyik menghirup aroma dari cup bra Dini.
"Harum Oom? hmm? tanya Dini manja.
"Eeeh!! Aahh.. Ii.iiyaa harum bangett, sis" jawab si Oom tergagap sambil membuka kedua mata karena masih terlena dengan bau wangi bra tersebut.
"Bungkusnya aja wangi ya Oom, kira-kira gimana dengan isi nya, yaa?" gumam Dini menatap si Oom seraya kembali melihat buah dada yang Dini goyang-goyangkan sendiri, terus menatap lagi kearah wajah si Oom yang mupeng berat.
Gue pun juga mupeng ga ketulungan ketika melihat toked Dini bergoyang tanpa tersangga bra.
"Anjriiittt!!! How perfect you are? When you have been doing this dirty act, little fairy.." gumam gue takjub melihat kedahsyatan aksi Dini.
Si Oom pun meneliti ukuran bra Dini, dan ternyata memang 36B. Si Oom mengira toked indah Dini berukuran 38, karena si Oom ga tahu kalau bra yang Dini pake itu adalah bra dengan model Half Cup. Sehingga sembulan daging toked Dini seakan berukuran 38. Si Oom pun manggut-manggut percaya kalau sepasang toked Dini memang berukuran 36.
"Gimana Oom dengan perjanjian kita?" tanya Dini datar karena tanduk iblis di kepalanya sudah menghilang.
"Baiklah sis, sesuai perjanjian kita. Silahkan memilih sepuasnya dan Oom yang akan bayar.." jawab si Oom gantleman.
"Makasih Oom. Itu bra buat Oom aja dweh untuk kenang-kenangan. Lumayan kan Oom, buaattt....... Hihihii.." ucap Dini dengan sengaja memotong kalimat, sembari mulai melangkahkan kaki untuk memilih barang yang di kehendakinya.
Gue pun sms Dini,
How perfect you are, My EviL.. But you have to responsibility later. Because of you, I can’t stand up anymore!!
Dini menatap gue, mengerlingkan mata dengan nakal dan menjulurkan lidahnya "Weeekz!!" meledek gue.Waduh biyung piye tho kie.. Hahaha..
#####
Dini sudah mendapatkan barang yang disukainya. Lucu-lucu, seksi-seksi, dan merangsang-merangsang.
"Nyantai minum dulu yuk, Ren.. Haus neeh gue.." pinta Dini sambil bergelayutan manja di lengan gue, ga peduli dengan tatapan nakal para pengunjung mall yang mengarah ke The Huge Boob Dini yang berayun-ayun lembut seiring gerak langkah kakinya ketika berjalan karena memang bra less.
Lengan gue bisa merasakan hangat dan empuknya susu Dini. Putingnya yang menegang pun dapat gue rasain.
"Kontol lo ngaceng ga sayang, ngeliatin gue tadi?” tanya Dini berbisik lirih dekat telinga gue.
"Gila apa ga ngaceng? lo tuh dahsyat bangett lagi, Din. Tahu ga?!" jawab gue jujur dan apa adanya.
"Yang benerr nih? hmm? kok ga ngejendol ya, haha!!" goda Dini dengan gelak tawa.
AlamaakK!!
#####
Gue dan Dini sudah di foodcourt area. Kami memilih tempat di pojokan, mepet dengan dinding bangunan. Minuman softdrink dan camilan calamary ring juga fried octopus pun sudah siap saji di meja. Kami ngobrol-ngobrol ringan sambil ngemil.
Ahaa.. Tadi siang lunch dengan lauk seafood, sekarang camilannya pun dari seafood. Of course, testis gue bisa dengan lebih cepat memproduksi peju.
"Emang lo sendiri ga horny tadi Din??" tanya gue pelan.
"Sruuupt!!" suara Dini menyeruput softdrink sebelum menjawab,
"Gila, gue tadi degdegan abisss.. Makanya jadi gue horny banget Ren. Puting gue udah keras, dan Cd gue basahh.. Tau ga lo, haha!!"
Tiba-tiba ada sesuatu yang merayap di celana gue tepat diatas jendolan kontie.
"Uughhh.." desis gue pelan.
"Ii.iihhh.. Kontolnya udah keras bangettt sayaaangg, pengennya diapaiiin siih? hmm?" goda Dini sambil terus mengelus-eluskan telapak kakinya yang putih, setelah tadi sesampainya di foodcourt Dini langsung melepas sandal bertalinya.
Bujubunneeng..!! Denger suara tanya Dini yang kaya gitu manjanya, gue pun langsung belingsatan ga karuan. Haha..
Setelah puas menikmati softdrink dan camilan, kami beranjak keluar.
"Slep.." Dini memakai kacamata Elizabeth hitam.. Waow!! She’s so cutee.
"Lo mau nyari apa lagi, Din??" tanya gue sambil menggandeng tangannya mesra.
"Hmm, apa ya?" gumam Dini ga jelas.
"Gue pengen ngasih sesuatu ke elo, yaah meski ga mewah-mewah juga siih.." bilang gue.
"Ciee.. Emang mau ngasih apaan sih lo, Ren?" tanya Dini penasaran sambil menyibakkan rambut shaggy ber-highlite merah panda itu. Gerakan itu sungguh menawan...
Haha.. Banyak juga yang pada melirik malu-malu, menatap tanpa malu, dan melotot malu-maluin kearah Dini, sewaktu Dini menyibakkan rambut indahnya tadi. Gue yakin mereka pada mantengin buah toked Dini yang bergoyang lembut tanpa tersanggah bra.
Gue langsung mengarahkan langkah kaki kearah Gold Shop dan berhenti di depan etalase toko emas tersebut. Dini sudah tersenyum senang.
"Kenapa lo senyam-senyum kayaa orr.. Hmmpphhh!!" bilang gue tertahan. Karena dengan cepat, telapak tangan sebelah kanan Dini langsung membungkam mulut gue sambil berbisik mengancam,
"Just keep silent or I'll kill you!"
"Addaow!" pekik gue kaget. Karena sewaktu Dini mengucapkan I'll kill you, tiba-tiba aja jemari tangan kiri Dini ikut meremas kenceng batang kontie gue yang masih rada ngaceng. Gila ni bocah asal betot aja gue punya kontie.
"Hihi.. hii, makanya jangan bawel!" sahut Dini cekakak-cekikik
"Ya sudah, lo pengen apa Din?"
"Terserah lo aja deh Ren.. Apa yang lo kasih, gue akan senang nerimanya.." jawab Dini sambil men-jelalatkan mata melihat-lihat berbagai perhiasan yang dipajang di dalam etalase.
Mas penjaganya gue liat malah asyik sendiri melototin bongkahan toked Dini.
Yuupz.. Dini ga sadar akan posisi dia berdiri. Putri Tante Mila dan Oom Tio itu dengan santai menempelkan buntalan buah payudara sekel tanpa bra ke etalase, Otomatis toked Dini lebih menyembul dan puting pinkynya pun makin jelas nyeplak menerawang.
Nah gue malah ikut degdegan horny melihat itu semua.
"Mas.." bilang gue memanggil Mas penjaga toko emas.
Yaelaah si Mas nya ga denger malah meneguk ludah demi melihat dada yang putih dan sembulan melon Dini.
"Woi Mass!" bilang gue rada keras.
"Hmp.. Eehh!.. Iiiyaa Mas, maaf nyari apa ya?" jawab Mas-nya tergagap.
"Gelang kaki yang emas putih yaa.."
Setelah memilih gelang kaki emas putih yang ada liontin berbentuk hati, gue pun segera memanggil Dini. Karena gue liat Dini sudah di ujung sebelah kanan etalase.
"Din.. Taraa.. Ni gelang kaki buat lo.. Dari dulu gue suka' kalau ada cewek yang make gelang kaki.." kata gue menjelaskan.
"Dan gue berpikiran kalau gelang kaki ini akan serasi sama piercing puser dan tindik hidung lo.. Suka gaa, sayangg?" kata gue menambahkan.
"Ahaa, thanks bangeet.. So Perfect pilihan lo Ren. Lo tahu ga?”
“Engga..”
“Iii.iiihh dengerin dulu!” tukas Dini gemas sambil mencubit pinggang gue.
“Hehee.. Iyaa, apaan??”
“Gue sebenarnya emang pengen beli gelang kaki dari kemaren-kemaren.. Dan lo juga pinter menyerasikan warna antara gelang kaki, piercing puser sama tindik hidung gue.." terang Dini panjang lebar dan terlihat kebahagiaan itu terpancar dari wajah cantiknya.
"Thanks ya Ren.." ucap Dini sekali lagi.
“It’s oke.. No problemo..”
#####
"Bruum!!.. Brumm!!.."
Gue dan Dini Amalia sudah di dalam Audi warna solid black kesayangannya.
"Shock-nya enak banget Din, empuk dan nyaman meski udah ceper neeh mobil.." kata gue ketika merasakan empuknya suspensi mobil Dini.
"Pake shock apaan emang?" tanya gue.
"Eibach Germany sekalian sama velg alloy 18" nya.. David tuh yang bawain waktu dia sail ke Eropa.." jawab Dini sambil membuka sunroof dan menyulut rokok putihnya.
Seett dah!! Gerakan waktu nyulut rokok, waktu menghisap, dan pada saat menghembuskan asap rokok bener-bener cuek tapi berkesan menawan.
"Kemana lagi Din?" tanya gue sembari memutar lagu Metalica Enter Sandman yang langsung terdengar menghentak melalui Keenwood subwoofer yang tertanam di kabin mobil.
"Eem.. Ke Speedshop lo aja Ren. Gue pengen ngerti kaya gimana siih??" jawab Dini cepat sambil ikut mendendangkan lagu Enter Sandman-nya Lars Ulrich.
Yuupz.. Meski terlihat girly, tapi jangan salah, Bung!! selera musik Dini seram juga untuk ukuran cewek. Dini suka lagu-lagu keras ber-beat cepat. Metalica, Nirvana, Iron Maiden, dan masih banyak lagi. Kalau lagu lokal, Dini suka Pas Band, Koil, BurgerKill, Cupu Manik dan Metal Core asal Solo, Down for Life. Pokok e METAALLL ABYISS!!! Juragaan.. Hahaha..
Ketika sudah dekat dengan Speedshop gue yang berupa ruko, gue mampir sebentar untuk beli beberapa cookies dan rokok buat Juki dan Anton, mekanik gue.
"Brumm!!.. Brummmm!!!.." raung suara mesin mobil sebelum gue matiin.
"Beautiful place, and beautiful atmosphere where I stay in.." ucap gue sambil melirik Dini.
"Not bad.." jawab Dini sambil tersenyum maniisss.
Melangkahlah kami berdua keluar mobil sambil membawa barang belanjaan, dan beranjak masuk ke dalam ruko. Panas, gerah langsung terasa. Juki dan Anton pun menyapa gue,
"Siang bro, wah bawa cewek kece neeh.. Pacarnya ya? Duuch cakep bener. Hehehe.." tanya juki ramah becandain gue sambil melihat Dini. Dini pun tersenyum manis.
Hahahaa!!!.. Ngaceng kagak lo berdua . . .
Gue dapat melihat kalau Juki dan Anton terpana melihat kehadiran makhluk kece kaya Dini. Yaah.. Gue maklum aja secara harian, mereka berkutat dengan benda-benda mati. Si Anton malah sudah menelan ludah waktu mantengin Dini.
Jelas aja mereka berdua ngowoh gitu karena penampilan Dini yang berani. Masih dengan ber-celana model hipster yang memperlihatkan kulit pinggang putih bertato juga puser ber-piercing, dan kaos tanpa bra penyanggah sepasang toked 36B, tentu sangatlah menggoda kontie mereka.
Terlebih kaos Moun Blanc Dini sudah rada basah terkena keringat sehingga nyeplak membentuk gumpalan siluet daging payudara Dini sebelah atas. Bulaatttt.
"Gua aja ngaceng, apalagi lo pada.." gumam gue dalam hati seraya mengecek stock Koil YZ125 yang tinggal sedikit.
"Halo juga bro, iya ini Dini.. Din, kenalin. Ini juki dan yang ini Anton, mekanik gue." kata gue memperkenalkan mereka satu persatu.
Dini pun dengan sopan bersalaman sama Juki dan Anton, meski anggota tubuh Dini yang lainnya pada ga sopan. Hahaha!!..
"Ayuuk Din ke atas aja.." ucap gue kalem.
"Mari Bang.." pamit Dini ke Juki dan Anton.
“Iya Non, silahkan..”
Kami pun segera ke lantai atas. Gue sempet menoleh ke belakang dan melihat kedua mekanik gur itu saling berbisik-bisik, kemudian mengacungkan jempolnya kearah gue.
“Waahh, cewek si Boss cantik banget ya Ton. Bening pisan euy!!” ucap Juki dan langsung diamini oleh Anton.
#####
"Fyuhh.. Akhirnya nyamaan.." ujar Dini sembari meletakkan barang belanjaan dan segera duduk di pinggiran ranjang.
Hembusan udara segar dari AC di rOom sweet rOom gue membelai mesra tubuhnya.
"Gimana Din menurut lo kamar gue?" tanya gue minta pendapat Dini.
"Nyaman, rapi, dan leluasa.. Lo bisa aja yaa, karena biasanya kamar cowok tuh berantakan.." jawab Dini panjang lebar seraya menyetel cd player.
Mengalun lembut lagu ‘Thank You’ dari Dido..
Dini membetulkan tatanan make up wajahnya sebentar, dan beranjak membuka-buka kantung belanjaan. Mengeluarkan kaos warna putih longgar dengan garis-garis warna lembayung senja sepinggang dengan model leher melebar yang menampakkan pundak, dan sebuah celana model aerobik ketat setengah paha warna hitam.
Kaos dan celana itu di dapatkan Dini setelah ngerjain si Oom ganjen sewaktu di mall tadi.
"Di minum Din.." bilang gue sambil menyerahkan softdrink.
"Thanks.." jawab Dini langsung menyeruput softdrink.
#####
Dini merebahkan tubuh seksi nya keatas ranjang. Ga peduli kaos yang di kenakannya tersingkap sampai keatas, kebagian bawah tokednya.
"Sheerr.." berdesir hati gue melihat tubuh yang seakan-akan pasrah untuk di telan itu.
"Jangan ngiler Din. Bantal gue baru tuh!" canda gue sambil ikutan rebah di sampingnya.
“Yeew enak aja lo ngomong. Elo kali yang ngiler..” sahut Dini cepat seraya memejamkan mata.
"Hmmhhh.." Bau harum tubuhnya masih terasa dan begitu menggoda.
Gue memiringkan tubuh menghadap Dini. Mengagumi wajah cantiknya yang kadang seperti Peri kecil tercinta gue, atau pun kadang berubah seperti Iblis nakal yang selalu menggoda umat manusia.
Leher yang jenjang, buah dada putih yang besar tapi kencang, perut yang rata tanpa timbunan lemak sedikit pun, aahhh.. Gue ga bisa menilai-nya lagi daah. Dini juga smart, baik, supel, easy going, dan tajir. Tapi yang bikin gue salut, Dini ga pernah ngebedain dalam berteman. Bahkan, banyak dari temen cowok Dini yang salah mengartikan kebaikan dan sikap Dini selama ini.
She's too perfect for me.
"Kenapa Ren, mandangin gue kek gitu? kagum ya?" tanya Dini sambil melirik gue yang sedang memandangnya lekat.
"Lo cakep banget Din.. Sempurna di mata gue.. Gue merasa menjadi cowok paling beruntung di dunia ini, yang bisa macarin lo.." kata gue rada lebay.
"Lo juga ganteng, fisik oke, dan yang paling penting, lo udah mandiri. Punya usaha untuk ngebiayain kuliah lo tanpa ngerepotin Ortu.. Itu hebat banget lagi, Ren.." ujar Dini panjang lebar.
“Heheheee.. Makaciiih pujiannya..”
“Yoaaa!”
"Eeh Din. Gue mau mandi dulu aja.. Beliket nih badan.." bilang gue sambil, "Lhepp!!" menjilat cepat puser seksi yang dihiasi piercing sebelum beranjak ke kamar mandi.
"Aaghh.." desah Dini kaget, dengan menggerinjalkan pinggangnya yang ramping karena jilatan lidah gue barusan.
"Lo ikutan mandi kagak?" tanya gue cengengesan.
"Idihh, ogah gue.. Weekz!!" jawab Dini sambil menjulurkan lidahnya yang lancip membasah.
"Hahaha.. Ya sudah, lo nyantai-nyantai aja dulu.. Kalo mau liat tipi, tinggal stel aja, oke!!" bilang gue sembari masuk ke kamar mandi.
Dini bangun dan beranjak ke kaca rias yang lebar di kamar Reno dan menarsiskan diri di depan kaca rias itu.
"Wah ternyata bodi gue oke banget yaa. Berlekuk indah, dan tinggi semampai. Ga nyangka gue. Hihihii.." gumam Dini sambil ketawa ketiwi sendiri. Untuung aja ga ikutan garuk-garuk kepala kaya gue..
Dengan gerakan yang sengaja dibuat erotis, Dini mulai melepas kaos yang tadi sempat terkena keringat itu perlahan ke atas di iringi backsound lagu ‘Have Fun Go Mad’. Goyang lembut pinggulnya ikut mulai menari.
Setelah kaos putih itu terlepas, tampaklah pancaran keseksian tubuh telanjang Dini dibagian atas. Dini memiringkan tubuhnya dan terlihat dari kaca rias bongkahan sepasang toked besar 36B yang tetap mengacung, di kombinasikan dengan puting pinky yang imut. Sepasang buah dada yang tidak kendor ataupun turun ke bawah sedikit pun seakan-akan mengacuhkan gaya gravitasi bumi. Bener-bener terlihat kencang menawan...
Dini menghadapkan tubuhnya lagi ke arah kaca rias. Dengan wajah berekspresi sayu dan mulai binal menggoda, jemari lentik Dini mulai membuka kancing celana jeans Giovanni Perucci yang membungkus pinggang dan kedua tungkai kaki belalangnya.
Setelah terbuka kancingnya, perlahan lahan retsluiting celana jeans itu mulai Dini tarik turun. Kemudian di tariknya lagi keatas pelan-pelaaan, dan kembali Dini turunkan retslituing itu ke bawah, sambil menyapukan lidah merahnya ke bibir tipis. What the fuck!! So naughty, Pal's!!
Dengan sedikit menggigit kecil bibir bawahnya, Dini mulai melepaskan celana jeans yang dia kenakan itu. Dan akhirnya, Hohoho.. Celana dalam Calvin Klien warna biru yang Dini pake terlihat jelas, dan samar-samar tampak pula noktah basah di bagian depan.
Dengan erat dan mesra, celana dalam itu membungkus erat memek tembem dan sebagian pantat bohay Dini. Tubuh putih seksi yang cuma terbalut di bagian bawah itu terlihat sangat menggairahkan. Oouughhh..Ngacengin guys!! Aah.. Andai aja kaca rias itu punya kontie . . . . . . .
Kemudian di kenakannya kaos dengan krah model melebar sampai ujung pundak, dengan bagian depan bermodel belahan yang menjuntai turun ke bawah sampai ke pertemuan daging toked sebelah kanan dan sebelah kiri. Juga tak lupa pula di pakainya celana ketat model aerobik setengah paha.
Ketika masih asyiik berkutat di depan kaca rias, tiba-tiba kaki nya menyentuh sesuatu. Dini mengambil dan melihat isinya..
"Lhoh, ini kan cookies dan rokok yang di beli Reno tadi untuk Bang juki dan Bang Anton.." gumam Dini lirih.
"Pasti si gebleg Reno lupa ngasih ke mereka deh.." tambah Dini sambil berpikir sesuatu.
"Thingg!" sebuah ide brilian pun tercipta dari otak Dini yang dulu pernah nyoba ikut ujian TOEFL dan memperoleh point tertinggi diantara para peserta test.
Aahaa!! Dini pun tersenyum jahat.. Di kepalanya pula mulai tumbuh sepasang tanduk. Wajah cantik Dini yang semula bagai Peri kecil penuh kelembutan, sekarang telah mulai berubah bagai Iblis nakal penuh godaan.
"Hmm.. Tadi kan gue liat Bang Juki dan Bang Anton pada jelalatan ngeliatin gue, kaya nya asyiik neeh kalo gue isengin mereka dulu, sembari nunggu Reno mandi. Hihihiii.." gumam Dini cikikikan sambil membawa bungkusan yang berisi cookies dan rokok.
Yuupz.. Dengan dalih akan memberikan cookies dan rokok, Dini akan menggoda Bang Juki dan Bang Anton dengan wajah iblis nakalnya.. She is EviL, now!!
Setelah yakin dengan ide yang tumbuh di otak, Dini pun memulai dress up di depan cermin rias. Diambilnya parfum isse miyake dari dalam tas Dolce&Gabbana, dan di *kan di bagian-bagian tubuh tertentu. Setelah beres, Dini menarik bagian samping kaos yang dipakainya keatas, dan mengikatnya erat.
Dengan begitu, menjadikan kaos yang sedang dipakai sekarang ini seperti model kaos pantai. Karena kaos itu sudah terangkat naik dan terikat, otomatis kulit perut Dini yang putih dan mulus beserta puser indahnya itu terpampang jelas, seakan berteriak genit,"Hi Mr. Juki & Anton."
Kesemuanya itu di sempurnakan dengan sembulan buah dada besar Dini beserta puting imut pinky yang semakin mencuat. Dikarenakan bagian atas kaos itu juga ikut menyempit ketat, akibat dari kaos yang di tali erat di sisi samping, diatas pinggang ramping Dini. Rambut shaggy nya dibiarkan tergerai. Celana model aerobik setengah paha juga telah membalut erat tungkai kaki belalangnya. It's show time..
#####
Dini merasa puas dengan tampilannya sekarang. Perlahan Dini menuruni anak tangga.. Dini melirik dan tersenyum sebentar kearah sembulan buah dada dan putingnya yang ikut bergetar goyang-goyang seiring langkah kakinya. Setelah sampe dibawah, terlihatlah Bang Juki dan Bang Anton sedang jongkok nge-grinding cam.
"Halo Bang Anton dan Bang Jukii.. Sibuk ngapain neeh?" tanya Dini centil sambil merundukkan tubuh semampainya diantara mereka dari arah belakang.
Juki dan Anton kaget, mereka langsung mencari arah suara itu dengan menolehkan kepala.
"Hekkh.. Mmp.. Eee.. Ii.iyya.a non Dinn.ii.." Jawab mereka melotot kompak tak berkedip ke arah Iblis cantik di hadapannya.
Yuupz.. Dengan posisi seperti itu, tatapan mata Juki dan Anton frontal menghadap susu putih 36B Dini yang belahannya terlihat dalam menandakan bahwa sepasang buah toked itu memang besar dan menghanyutkan. Tanpa tersanggah bra, terhimpit kaos dengan ketat, dan dengan posisi merunduk, sembulan seperempat lebih dari bongkahan payudara Dini seakan mau meloncat keluar dari kaos yang yang dikenakannya.
Begitu pula dengan puting pinky yang membayang sedemikian jelas. Setelah memberi kesempatan pada Juki dan juga Anton yang menatap nanar dada nya, Dini berucap sambil menegakkan tubuh menggodanya itu,
"Iiiih kok malah pada bengong sii, di tanya juga."
"Ooh.. Eehh.. Eemm a.anu Nnon.. Kami sedang nge-grinding sus..suu, Non.. Eehh!! nge-grinding cam, Non.." jawab Juki terbata-bata sampai salah dalam pengucapan kalimat sambil tetep aja memandang kulit perut putih Dini yang berhiaskan puser ber piercing dan pinggang bertatto yang tersaji di depannya.
Anton pun ga mau kalah dengan Juki untuk menyantap tubuh Dini dengan tatapan super mupeng. Dia meneguk ludah berkali-kali demi melihat gerakan pantat bohay Dini yang mentul-mentul menggemaskan, disanggah paha mulus yang terpampang jelas sampai setengah paha lebih dari lutut, karena ketika Dini melangkahkan kaki jenjangnya dengan gaya berjalan ala top model diatas lantai catwalk untuk menjauh dari Anton-Juki, celana model aerobik dari bahan yang lentur itu makin tertarik ke atas. Tak pelak lagi, kontie kedua mekanik Reno itu pun ngaceng abyiis melihat aksi anarkhie si Iblis cantik Dini.
"Ngaceng kagak lo berdua.." batin Dini seraya menyeringai bengis.
Dini tersenyum simpul melihat kedua mangsanya sudah angkat tangan.. Eh angkat kontie ding.. Sambil membelakangi Juki-Anton, Dini melihat barang-barang racing after market yang dijual kaya cdi, koil, camshaft, karbu, dan aksesoris-aksesoris lainnya yang tertata rapi di dalam etalase kaca.
Tanpa sadar, Dini pun nungging dengan menempelkan kedua lututnya dan menggoyang-goyangkan dengan pelan. Ouuh!! Pantat itu juga ikut menari.. Lempitan memek Dini pun juga terlihat membayang. Anton-Juki sampai tak kuasa untuk tidak mengusap air liur yang hampir keluar dari sudut bibir ketika mereka berdua membayangkan pantat bohay yang sedang mereka tatap, pantat sekel yang sedang bergoyang di depannya itu menggilas dan menguleg-uleg kontie mereka dengan erotis.
"Ooh.. Iya bang.." kata Dini sambil beranjak berdiri dari posisi nungging dan memutarkan badan kearah Juki-Anton.
"Iiiy.. yaa Non.." jawab mereka bersamaan.
Juki-Anton pun ikut berdiri menghadap Dini. Sekarang Dini mengambil pose dengan menyandarkan punggung atas ke etalase, kedua siku dari kedua tangan di letakkan diatas etalase dan tungkai kaki kanan rada di tekuk ke belakang.
Hohoho.. Pose yang sangat merangsang nafsu itu di Show Up kan oleh seorang Dini Amalia, mahasiswi dari fakultas pshycology dan model dari jebolan Siluet Model Agency.
Yuupz.. Dengan pose seperti itu maka kedua bongkahan daging susu putih Dini mencuat bersamaan dan mulai berhiaskan butir-butir keringat yang mulai tumbuh dipermukaan kulit mulus gelembung toked. Kedua puting pinky nya juga nyeplak dengan jelas, kedua tungkai batang kaki sampai setengah paha lebih terekspos mantaab.. Semuanya itu terlalu indah untuk di lewatkan oleh Juki-Anton.
Mereka tidak sadar bahwa batang kontienya ngacung ke depan ke arah Dini.
"Shitt!! Kontol Bang Juki dan Bang Anton nodong gue.. Mana ga dibenerin lagi posisinya.." gumam Dini merona dan juga mulai merasakan horny.
Setelah beberapa saat..
"Dini cuma mau bilang, kalo ini ada kue sama rokok untuk abang berdua dari Reno. Di makan yaa Bang.." ucap Dini kalem.
"Ya udah Bang, cuma itu aja kok.. Dini tinggal dulu yaaa.." imbuh Dini sambil meregangkan kedua tangan keatas kepala sebagai aksi penutup, dan langsung ngeloyor pergi meninggalkan Juki dan Anton karena memeknya terasa gatal dan semakin basah.
Anton dan Juki masih melongo di suguhi pemandangan yang sangat menakjubkan dalam seumur hidupnya. Sekarang yang tersisa di ruangan bawah cuma harum aroma parfum dari tubuh Dini. Juki dan Anton berpandangan sesaat dan kemudian berteriak,
"COLIIII..!!" dan mereka pun berlari ke arah kamar mandi untuk berebut sabun.
#####
Sementara itu, Dini sudah di kamar Reno dengan nafas terengah-engah bercampur horny.
"Fyuhh!.. Untung mereka ga nekat nge-gangbang gue.." gumam Dini sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Jemari lentik sebelah kanan Dini mulai mengusap-usap belahan memeknya sendiri dari atas kebawah dengan lembut.
"Sshhh.. Aahh.." suara desis kenikmatan keluar dari bibir tipis yang menggairahkan untuk di deep kiss itu.
Dini mulai memutar-mutarkan jari tengahnya ke bagian atas belahan memek, tempat di mana si kacang mungil alias clitoris bersembunyi. Jemari Dini itu terus menerus mengusap-usap clitoris agar terbangun dari tidurnya.
"Uuugh.. Enakk bangettt. Hmmphhh.." ceracau Dini lirih karena masih merasa malu kalau ke gap sama Reno bahwa dirinya sedang ber-masturbate ria.
Jemari tangan kirinya juga tampak mulai mengusap-usap dan meremasi buah payudara besar yang puting imut pinkynya mulai keras menegang.
"Oough yesshhh.. Feel’s good.." Dini mengerang seksi, tersiksa dengan nafsu birahi yang mulai tercipta. Wajah cantiknya memerah menahan gairah binal dari dalam dirinya sendiri.
Digosoknya semakin cepat memek tembem yang makin basah itu. Jemari tangan kirinya mulai membuka lilitan tali di bajunya, dan dengan tergesa-gesa, di keluarkanlah daging toked putih 36B itu yang sebelah kanan..
WoW!!.. Terjuntai sudah dengan begitu indah si toked berukuran besar dari kaos yang dipakainya.
"Oough God.. Aahhh.." suara Dini berubah serak ketika telapak tangan kirinya itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan gerakan memutar.
Di pilin juga puting pinky yang sudah sedemikian keras mengacung..
"Sshhh.. Ouughh!!" desis Dini sambil terus mengulas-ulas clitoris memeknya semakin cepat. Dini mulai terlihat mengejang. Orgasme yang di dambakan Dini akan segera datang untuk memenuhi panggilan jiwa yang terbelenggu nafsu birahi.
Namun tiba-tiba...
"CkleekK.." pintu kamar mandi mulai terbuka, menandakan Reno sudah selesai mandi..
"Aahh.. Shitt!!! Kenapa harus sudah selesai mandi lo, Renn?!!" keluh Dini dan langsung melepaskan kedua jemari yang sedang bekerja di bagian memek dan bagian dada.
Tak lupa di masukkan juga toked yang tadi sempat terjuntai keluar. Dengan cepat, Dini langsung menelungkupkan tubuhnya ke ranjang dari posisi telentang, mencoba untuk mengatur nafas. Yuupz.. Dini masih terlalu malu kalau ketahuan orgasme by herself.
"Wuih si kunyuk malah molor neeh.. Mana pake acara narsis lagi molornya.." batin gue sambil menikmati paha mulus berbulu lembut yang terEkspos dengan jelas sampai selangkangan.
Masih dengan bertelanjang dada dan boxer putih, gue balikkan tubuh Dini pelan.
"Waduh biyung, kok wajahnya merona merah yaah?" batin gue heran.
Dengan perlahan, gue usap paha putih itu dari lutut ke atas, kearah memek. Bulu kuduk di paha Dini mulai meremang ketika tangan gue telah sampai pangkal paha. Gue merasakan bahwasanya celana yang di pake Dini sudah kerasa basah di bagian depannya..
AlamaakK.. Belahan memek tembem itu begitu jelas tercetak karena noktah basah yang ada tepat ditengah celananya. Ketika wajah gue semakin mendekat kearah memek Dini untuk mengukur panjang X lebar dengan posisi rada nungging ditengah-tengah kedua belah paha Dini, tiba-tiba..
"..Ciaattt!!.. Haakhh deeskkK!!" kedua paha mulus Dini mengapit kepala juga bahu gue dan membantingnya kearah samping.
"Hahahaha!!!" Dini ketawa ngakak ngeliat gue kaget.
"Aah rese' lo Din, gue kan lagi mengagumi karya Tuhan yang begitu mempesona.." gerutu gue.
"Emang apa sii yang lo pantengin barusan? namanya apa coba? hmm?" bilang Dini mulai menjurus sambil tengkurap memandang wajah gue.
Anjrittt!! Karena kaos yang dipakai Dini dengan model krah melebar dipundak dan belahan yang menjuntai jatoh sampai ke belahan dada, maka tak pelak dengan posisi tengkurap itu bongkahan toked 36B nya terlihat sangat jelas bahkan lingkaran aerolanya pun ikut mengintip.
Ngacengg juragaan!! Gue sampai terpengarah dan meneguk ludah sewaktu melihat bongkahan sepasang melon putih itu..
"Eeh.. Eemm.. Namanya mmem.eekk.." jawab gue tergagap.
"Yeee.. Bilang memek tapi matanya ikut jelalatan ke toked gue juga.." sahut Dini sewot.
"Tadi waktu di mall, perasaan lo gimana Ren?" tanya Dini mengingatkan gue akan sebuah telenova yang sangat menggoda birahi.
"Degdegan.. Horny.. Mupeng karena acting lo sangat luar biaa..ss..ahh!!" pekik gue lirih. Karena bersamaan dengan itu, jemari lembut tangan kanan Dini mulai meraba dan mengelus kontie yang masih terbungkus boxer dengan pelan.
Dini semakin mendekatkan wajah yang mulai binal itu di muka gue. Sembulan payudaranya yang putih besar juga sudah mulai menekan-nekan lengan gue..
"Aaahh!" kerasa angeett juga lembut, seiring gairah yang mulai bangkit.
"Hehe.. Kalo mupeng beratt, berarti ngaceng kek gini dong, Reen?" tanya Dini manja menggoda dan mulai menggengam batang kontie gue dari luar boxer.
Mengurutnya keatas bawah dengan irama yang selaras. Gue ga tahan!! Langsung aja gue pegang kepala Dini dan memagut bibir tipis yang ranum itu.
"Hmm.. Mmh.. Cephh.. Eemh!!" suara pertarungan bibir gue dan Dini bersahut sahutan.
Dini terus melakukan deep kiss dengan sangat hot dan lihay. Dimiringkan kepalanya ke kanan kadang ke kiri untuk melumat bibir gue sambil menyapu-nyapukankan lidahnya yang hangat di rongga mulut gue. Tangannya juga megangin leher belakang kepala gue, seakan-akan takut kalau gue menghindar. So wild..
"Hmm.. Slerphh.. Sreptthhh!! Lidahnya sangat lincah dalam memilin lidah gue. Disedot-sedot dan di putar-putar.
"Great kisser.." kata gue dalam hati, ketika mengetahui dahsyatnya ciuman Dini.
"Ha.. Aahh!" gumam kami berdua ketika saling melepaskan bibir untuk mengambil nafas.
"Julurin lidah lo.." pinta Dini sambil mulai mengangkangi dan menelungkupkan tubuhnya diatas gue.
Dini langsung menyelipkan lidahnya yang merah itu dibawah lidah gue, kemudian mengatupkan bibir atas bawahnya dan mulailah memaju-mundurkan mulutnya dengan gerakan mengoral.. Sadiss euy!!..
"Ohh shitt!!" batin gue keenakan, pada saat gue mulai merasakan kalau pinggul Dini juga bergerak maju mundur diatas perut gue. Basah memeknya begitu terasa.
"Gila lo Din, mantep banget dah" puji gue sambil megap-megap.
Dini sudah menegakkan tubuhnya dengan paha yang saling mengapit disisi kanan kiri tubuh gue. Dini tersenyum manis mendengar kata-kata gue barusan.
"Take a look.." ucap Dini pelan sambil mulai menggoyangkan pinggul.
Tangan putih berjemari lentik itu mulai memegang kaos bagian bawah dan menarik keatas. Streaptease on me, guys!! Pemandangan yang begitu menggairahkan tercipta, ketika pelan-pelan bagian tubuh atas Dini mulai terliha. Perut yang rata dan putih, puser yang indah, dan...
"Shrettt!!" lolos sudah kaos itu dari tubuhnya, diiringi getaran lembut buah toked Dini.
Gue cuma melongo takjub dengan keseksian tubuh yang di miliki Dini. Dini mencondongkan tubuhnya kebelakang dengan bertumpu pada tangan kiri yang memegang lutut gue, sedang tangan kanannya dengan nakal mengusap-usap batang kontie dan meremas kantong pelir gue. Mulailah tarian pinggul yang ditopang pantat bohay itu bergoyang maju mundur untuk menggesek-gesekkan memek basah Dini ke perut gue.
Kepalanya pun terdongak keatas, menikmati sensasi yang tercipta. Melon putih dengan puting pinky juga tampak semakin mengacung, menunjukkan keangkuhannya di hadapan gue.
"Ssshh!!.. Uuggh!!" desis dan lenguh Dini pelan sambil melihat raut wajah gue yang sudah memerah menahan gairah.
Tak menunggu lama, gue tegakkan tubuh untuk merengkuh pinggang dan punggung Dini yang masih bergerak maju mundur di selingi uleg-an kecil.
Hmm.. Sepasang susu besar Dini menari-nari tepat di muka gue..
"Haapp.." mulut gue sukses menangkup ujung puting mungil pinky yang udah keras.
"Aauw Ren.. Eenn.aak.kK!" jerit Dini kecil sambil merangkulkan tangannya di leher gue.
"Sluurphhh!" gue cucrup puting mungil yang begitu nikmat untuk dikulum itu sambil membelit-belitkan lidah dan menguasnya..
"Ouugh!.. Aaakhh!!" Dini bergumam dengan mengelojotkan tubuh telanjangnya.
Tak lupa toked besar Dini yang sebelah, gue remas lembut memutar searah jarum jam sambil gue urut-urut pelan dari pangkal bongkahan buah dada ke ujungnya, dimana sang puting pinky sudah menunggu untuk di pilin dan di perah. Payudara putih itu begitu halus kulitnya dan memancarkan rasa yang begitu hangat. Dini menggeserkan kepala gue ke tengah-tengah daging buah dadanya, mengatupkan erat menjepit wajah gue dan mengocoknya naik turun.
Gila man! Nikmat beneerr.. Wajah gue yang terbenam di lembah susu Dini, di kasih servis breast fuck!! Anget, harum, dan klunyum-klunyum. Untuk menambah kenikmatan Dini, gue jilat-jilat dan kecup belahan dada yang sedang mengocok wajah gue itu. Kedua jemari tangan gue pun mulai merambat menyusup masuk ke dalam celana aerobik beserta cd Dini untuk meremas-remas kedua bongkahan pantat kenyal itu.
Dini mendorong pelan tubuh gue agar rebah di ranjang. Dengan membungkukkan badannya yang bertelekan di kedua tangan disisi kepala gue, Dini mendekatkan kedua toked 36B nya yang bergelantungan ke wajah gue. Di usap-usapkannya di muka gue sebentar sebelum menurunkannya tepat ke mulut gue.
"Eemmemm..emm.. Ssrepph!!" suara kuluman dan hisapan bibir lidah gue di puting pinky Dini.
"Ooughhh!!!" lenguh Dini keenakan sambil memejamkan mata dan mendongakkan wajahnya keatas..
Rambut panjang yang indah itu tergerai dan ada sebagian yang menempel di kulit tubuhnya yang mengkilat karena mulai berkeringat. Kontie gue pun sudah nyut-nyutan dari tadi. Dini mulai mencumbu leher gue, di jilat juga di kecupnya dengan mesra. Dengan melatakan lidah lancip merahnya bagai King Cobra kearah puting gue, Dini mulai memainkan kombinasi kuluman dan belitan lidah dengan mantap..
"Aaghh, Dinn!!.. Geel..lii..ihh!!!" gumam gue ga tahan sambil mengusap punggung mulusnya.
Tanpa menghiraukan apa yang gue rasakan, Dini terus kebawah menjilati puser gue dan,
"Hmmm.. Eemmhh.." lidahnya sudah mulai menguas kontie gue yang ngaceng dibalik boxer.
Dengan jemari lentik yang lembut, mulai diturunkan boxer gue pelan-pelan dan terlepaslah dari kaki.
"Thoing!!" kontie gue langsung nongol dan membentur pipi dan bibir Dini.
"Aauw!!" jerit Dini kecil terkaget.
"Iiiih nakal kamu ya, harus dikasih pelajaran sama Bu dosen.." ucap Dini lucu saat ngomong dengan kontie gue yang sudah berkaca-kaca.
"Lheepp!" di sapukannya lidah hangat Dini di permukaan helm kontie gue..
"Ssshh!!.. aakhh!!" desah gue merasakan geli di ujung kontie.
Dijilatnya kepala kontie gue dengan gerakan lidah melingkar pelan-pelan sambil mendorongkan mulut mungilnya semakin dalam untuk menelan lonjoran kontie yang berurat itu. Hangat dan basah mulai terasa.
"Hmm.. Mmph.. Eemhh.." gumam Dini disela-sela kulumannya sambil memandang kearah gue.
Anjrittt!! Wajah nakalnya benar-benar binal. Dengan mata nanar, gue liat bibir tipis itu membalur batang kontie gue dengan erat, menarik perlahan keluar, dan dimasukkan dengan cepat..
"Shretthh!.. Sslepphhh.. Shreethh!!.. Ssleephh!" bunyi orkestra antara kontie, ludah, lidah dan mulut dari seorang komposer cantik yang bernama Dini Amalia.
"Diin.. Enya.aak.hhh.. Bah..nggetts.." ucap gue terbata-bata merasakan perfect oral job Dini, ditambah urutan juga remasan jari lentik berkulit putih di sekitar kantong pelir gue.
"Enak ga Ren, felaTio gue? hmm?" tanya Dini sambil terus mengocokkan jemari putihnya ke batang kontie berurat gue.
"Lo emang hebatt Din, aah!!" terpekik gue sambil menggelinjang karena Dini langsung mengelomoh kedua telur gue dengan hisapan dan kuluman yang mematikan nikmatnya.
"Waduh biyung!! bisa K.O neh gue.." membatin gue sambil menarik kepala dan tubuh Dini keatas, gue lumat sebentar bibir tipisnya dan langsung gue balik tubuh Dini.
Sekarang gue diatas Dini.. Dengan tangan mengowol sepasang toked sekel Dini, mulut gue langsung mencumbu dengan lumatan dan kaisan lidah di sekitar leher bawah telinganya. Dini mendongakkan wajahnya keatas, memperlihatkan seluruh bagian leher jenjangnya untuk gue santap..
"Sreeptt.. Sruphh.. Clephhh.." bunyi sapuan lidah gue dalam memanjakan Dini.
"Auww geli Renn.." rengek Dini manja ketika ujung lidah gue menyentil-nyentil telinganya.
Sambil merangkulkan tangan kanan ke leher gue, jemari tangan kirinya menjulur ke bawah untuk menggapai batang konti dan langsung mengurutnya dengan cepat.
"Ouugh..Yesshh!!!" dengus gue keenakan sambil mengarahkan mulut ke buah dada montok ber puting pinky milik Dini.
Dengan kedua telapak tangan, gue pegang pangkal dari buah dada Dini kanan dan kiri, sehingga bongkahan buah toked yang berukuran besar itu semakin membusung indah. Ujung lidah gue, cuma gue tempelkan di ujung puting mungil yang sebelah kiri kemudian dengan membuat gerakan seperti menggaris, "Sreett.." ujung lidah gue menuruni lembah belahan dada Dini untuk mencapai ujung puting pinky yang sebelah kanan dan langsung melumat-lumat abis dengan buas.
Gue kunyah dan gigit-gigit kecil putingnya. Puting pinky yang nangkring di toked putih berurat nadi hijau sebelah kiri itu pun tak luput dari pelintiran juga pilinan jemari tangan gue.
"Giil..la..akhh.. Rennh!! en.akk bangg..eett! .. El loo apaa..iin.hh!?" tanya Dini mengerang penuh kenikmatan.
Setelah puas menikmati sepasang payudara milik Dini yang kenceng dan sekel, gue mulai menjilat dan mengulik-ngulikkan lidah ke puser ber-piercing yang terlihat bersih dan seksi.
"Hmpp, Renn.. Aaghhh!!!" rintih Dini sembari memegang kepala gue yang juga mulai menjilat kulit pinggang mulus Dini.
Gue pantengin sebentar tatto kupu-kupu yang menghiasi kulit pinggangnya.
"Kereen, and so cutee.." gumam gue sambil mulai mengecup belahan memek yang tampak basah dan membayang di celana aerobik Dini.
"Oouuggh!!" Dini meronta kecil dan menggerakkan buah pantatnya seakan menghindarkan memek tembem itu dari serangan umum 1 maret lidah gue.
Gue pegang pinggang ramping dan pinggul bahenol Dini. Mulailah hidung gue membaui aroma memek Dini yang telah basah itu..
"Hemmmhh.." harum cairan sabun sirih bercampur aroma cairan madu cinta memek Dini sangat menggairahkan.
Gue tempelkan lidah di belahan bawah memek Dini, dan mulai gue sapukan keatas menelusuri belahan yang terlihat seperti anak sungai kecil itu dengan gerakan zig-zag lidah gue secara perlahan-lahan.
"Mmeme..kk g.guee.hh, lo app..ainnhh!?" tanya Dini dengan erangan-erangan erotis penuh gairah binal..
"Ssruuuppttt.." suara cucrupan mulut gue yang menempel mesra di liang memek Dini.
Dengan perlahan, mulai gue buka celana aerobik Dini beserta celana dalam Calvin Klien yang di pake sebagai pembungkus memeknya. Pelan-pelaaan gue turunkan sedikit demi sedikit sehingga terlihatlah kulit mulus diatas belahan memek Dini. Gue turunkan lagi celananya sampai lutut, sebelum tadi Dini mengangkat pantatnya biar celana itu mudah untuk dilepas..
Oh My Lord!! Dengan hati yang berdebar kenceng, jemari yang rada menggigil, untuk pertama kalinya gue melihat dan memandang sesuatu yang selalu bikin gue penasaran selama ini akhirnya terjawab sudah..
Sumpah!! Demi setan-setan yang sedang membaca story gue, sungguh begitu indah memek Dini. No Hair tanpa bulu jembie, memek itu terlihat bersih dan liciinnn. Bibir kanan kiri memek Dini berwarna putih dengan semburat kemerahan, terlihat tembem menghimpit erat celah belahannya. Labia mayoranya kecil kemerahan. Memek tembem yang masih terlihat hanya sebuah garis yang mengkilat basah, akhirnya tersaji di hadapan gue.. Reno Kusuma Atmadja..
Gue usap-usap belahan memek yang terasa licin itu dari bawah keatas. Dengan perlahan, gue buka batang paha mulus Dini biar semakin melebar, sembari tetap gue elus-elus. Gue tarik tubuh Dini rada kebawah, dengan pantat menempel dibibir ranjang dan tungkai kaki belalangnya menjejak di karpet lantai kamar. Sekarang gue memposisikan ditengah-tengah paha Dini.
"Just wanna look at? hmm?" gumam Dini menahan hasrat sambil meraih kepala gue untuk mendekatkan ke perfect pussy miliknya.
Dengan hati-hati dan perlahan, mulai gue sapukan lidah ke sepanjang garis bibir memek Dini dengan telak..
"Lheeep.. Lheepp.. Sleeeppp!!.. Aauuww!!.. Reenoo, uughh!!.." rengek Dini merasakan nikmat dari lidah gue.
Gue ulangi berkali-kali menguas belahan nikmat yang telah licin dan basah itu. Tak lupa pula, gue mengecup dan menjilati pangkal selakangan Dini. Kedua telapak gue juga ikut meremas-remas pantat bohay yang terlihat bergoyang memberikan perlawanan gigih terhadap lidah gue yang terus mengulas celah memek Dini secara intens.
Yuupz.. Gue ingin memberikan kenikmatan yang lebih buat Dini, tanpa memperhatikan ego gue sendiri.
Sekilas gue liat keatas, ke wajah Dini yang dengan mata terpejam menikmati apa yang terjadi di memek tembemnya. Tangan lembut berjemari lentik itu, sesekali meremas buah dadanya sendiri. Putingnya pun juga ikut di pelintir-pelintir. Kemudian, kedua jempol jari tangan kanan dan kiri gue mulai membuka celah lipatan memek Dini yang tampak lengket dengan cairan birahi.
"Pleephhh.." terkuak sudah liang belahan memek Dini.
Alamaak!! Rongga memek Dini terlihat sangat-sangaat menggoda. Warna merah muda yang terlihat basah dan bergerinjal. Pada saat gue tiup perlahan, maka mulut dalam rongga memek itu terlihat berkedut-kedut dengan cepat. Tak tahan dengan semua itu, langsung gue julurkan lidah untuk menjilati, mengelomoh, dan meliuk-liukkannya menyapu ke semua dinding memek dengan cepat.
"Oough Renn! aah.hh!!.. Aahh.hhh! Yees..shh!!" desis, rengek, dan ceracau Dini heboh ketika gue juga mengusap-usapkan jari telunjuk searah jarum jam dengan memberikan sedikit tekanan ke clitoris Dini yang menonjol imuutz dengan cepat.
Tak berapa lama, karena Dini sudah sangat horny ketika di mall menggoda si Oom, dan ketika menggoda Juki-Anton, maka dengan memelengkungkan punggung keatas dan menekan kuat kepala belakang gue kearah memeknya, Dini mulai berkelojotan dan menggelinjang hebat..
"Reennoo!! Ouughh.. Yeaa!!.. Gu.ggueee.. KELL..LUAAARRGGGHHH!!!" teriak Dini keras menggapai big orgasme..
"Crethh!!.. Creethhh!!.. Crettt!!.." peju Dini keluar meleleh melewati celah memek tembemnya..
"SRUUUUPPTTT!" gue langsung menyeruput cairan cinta Dini ke dalam mulut gue.
Aahh bangganya gue bisa membawa Dini terbang keatas Nirwana. Gue beranjak berdiri di depan Dini, dengan posisi masih di antara kedua batang paha Dini. Dini tersenyum puas memandang wajah gue dengan tarikan nafasnya yang terlihat berat setelah badai big orgasmenya.
"Puas sayang?" tanya gue dengan kontie terlihat ngaceng, sengaceng-ngacengnya melihat tubuh Dini yang telanjang total.
"Hebat banget lo Renn.. Gue sampe dapet yang namanya the big 0.. Thanks yaa.." jawab Dini sambil begerak kearah gue.
Dini memposisikan dirinya dengan kepala menjuntai dipinggiran ranjang, menghadapkan wajahnya kearah gue dengan arah terbalik. (bisa membayangkan, kan?). Halus kulit jemari tangannya yang lentik mulai mengusapkan batang kontie gue diatas wajah cantiknya. Dijilati kulit bawah kontie yang berurat itu dengan telaten dan menguas-nguas leher kepala kontie bagian bawah.
"Oughh.. Dinn, terusshh.. Aaah!!" lenguh mulut gue merasakan kenikmatan yang mulai menjalar di sepanjang lonjoran batang kontie gue.
Jemari tangannya mengocok dengan cepat, kemudian mengarahkan batang kontie gue kearah mulut mungil berbibir tipisnya. Ujung kepala kontie gue sudah menempel di bibir mulutnya. Tangan Dini menjulur melinggari pinggang gue, dan menekan perlahan..
Bujubuneeng!! Kontie gue mulai masuk setengah membelah rongga mulut Dini yang mengatup ke batang kontie dengan erat. Yang menakjubkan, Dini melakukannya dengan leher belakang berada dipinggiran ranjang sementara gue berdiri dengan lonjoran kontie dihadapan wajahnya. Gue menarik keluar kontie dan memasukkannya lagi. Lidah merah Dini yang hangat segera menyambut dengan membaluri batang kontie yang berotot dengan air liur..
"Oough yess.. shhh.. Din, that's great!! Shhh!!" desah gue ketika merasakan kontie tertelan semakin dalam di mulut Dini.
Gue tarik lagi keluar, dan memasukkannya perlahan namun semakin dalam..
"Cleeephh.." Tenggorokan Dini mulai terlihat bergerak, ketika lonjoran kontie gue masuk ke dalam mulutnya.
Buah dada besar Dini pun juga ikut berayun menggemaskan, seiring kocokan kontie gue yang semakin cepat didalam mulut Dini..
"Slephh!.. Sleephh.. Cloophh!!.. Clopphh.."
Jemari tangan gue langsung menggapai dan meremas-remasnya, diiringi dengan kaki kanan yang gue jejakkan diatas ranjang dekat kepala Dini, dengan terus mengayunkan pinggul gue ngentotin mulut Dini. Dan akhirnya setelah lancar mengeluar masukkan kontie sampe 3/4 nya ke dalam mulut Dini,
"Hmmpp!.. Hmpph!" diiringi suara gelegapan Dini, masuklah lonjoran batang kontie gue seutuhnya di mulut Dini..
Yuupz.. Deepthroath yang sangat sempurna oleh Dini. Gue merasakan kehangatan dan kenikmatan yang luar biasa, ketika batang kontie gue seutuhnya tenggelam di mulut Dini dan terendam kehangatan oleh air liurnya.
Amazing!.. So greatt!! Gue merasakan kerongkongan Dini meremas dan memijit sekujur lonjoran kontie.
"Aauughh Dinn.. Anggett dan nikkm.aatt!! umphhfff!!" ceracau gue keenakan. Karena gue ga tahan mau keluar, maka gue cabut dah tuh kontie dan,
"Plopp!" suara ketika gue keluarkan kontie dari dalam mulut Dini. Dini memejamkan mata dengan nafas tersengal-sengal akibat ulahnya sendiri men-deepthroath dengan posisi kepala terbalik.
"Sini sayang, sinii.." bilang Dini sambil menepuk-nepukkan telapak tangannya diatas ranjang.
Gue pun langsung merebahkan tubuh dengan kontie masih mengacung keras dan basah oleh air liur Dini.
"Iiihhh.. Ni kontol kok ga muntah-muntah sii.." bilang Dini genit sambil menowel ujung kepala kontie gue yang memerah.
Dini beranjak menaiki tubuh gue dan menduduki lonjoran kontie dengan pantat bohaynya.. "Aaahh nikmatt nyaa.. Anget.." desah gue ketika Dini mulai mengayun-ayunkan pantat kedepan dan kebelakang.
Dini menggeser duduknya lebih maju, sehingga kontie gue mulai ambles pelan-pelan terjepit diantara celah bibir memek Dini. Gue melihat dengan jelas ketika belahan memek Dini yang sangat sempit itu merekah pelan-pelaaan saat mencaplok lonjoran kontie, dan terselip diantara bibir memek kemerahan Dini yang tembem. Seperti sosis yang terjepit diantara roti yang menghimpitnya.
"Ouugghh!! Shhh!!" desah gue dan Dini bersamaan karena sungguh sangat nikmaatt.
"Gilaa.. Baru diselipin diantara bibir memek aja, sempitnya sudah kek gini.. Gimana kalau masuk seutuhnya ke dalam memek Dini yaa??" gumam gue penasaran.
"Ennaakk, Renn? hmm?" tanya Dini sambil mulai menggeal-geolkan pantat bohay itu maju mundur pelan-pelan menggilas lonjoran kontie.
Gue langsung menangkup dan menguyel-uyel daging toked 36B nya Dini, sembari menarik-narik puting mungil yang telah mengeras dari tadi.
"Remas Renn.. Oughh!! ter.rushh pilinn putt.tingg nyyaa.hh!" desah Dini tertahan.
"Ouugh Diin!!.. Semp..pitt bangg..ngett..shh jeppitaan.. Bibb.. birr memme.ekkh.. Loo!!" kicau gue merasakan sensasi yang tercipta, karena Dini udah memaju-mundurkan, dan menguleg-uleg belahan bibir memeknya yang terselip batang kontie gue dengan lebih cepat.
"Ssleephh!.. slepph!.. srephtt!.. sreeppht!!" bunyi suara kontie gue yang terus sliding diantara himpitan bibir memek Dini yang semakin bassaahhh.
Dengan gempuran Dini yang dahsyat, meski sudah gue tahan-tahan untuk ga ngecrot, tetep aja kontie gue udah muntup-muntup mau keluar pejuh.
"Ooh shitt!!" umpat gue sambil kedua tangan meremas-remas pinggul Dini yang terus-terusan membombardir lonjoran batang kontie gue.
Tiba-tiba Dini berhenti menggoyang, tapi malah mengangkat pantat bohaynya itu rada keatas. Di pegangnya kontie gue sambil di kocok pelan dan mulai di arahkan menuju lepitan memek tembemnya..
Ohh God.. Gue sudah gemeter degDegan ga karuan kalau ternyata, sekarang ini adalah prosesi ngentot yang sesungguhnya. Dini mengulas-ulaskan kepala kontie gue ke belahan memeknya dari atas kebawah, dan mengusap-usapkan di tonjolan clitoris merah mudanya.
"Aaahh!!" desah kenikmatan gue dan Dini bersamaan.
Dini mulai mengepaskan kepala kontie itu ke lubang memek tembem yang terlihat sangat sempit.
"Shrept.." kepala kontie meleset kesamping.
"Shreept.." kepala kontie masih tetep meleset.
"Shrepttt.." malah meleset ke belakang dan menyenggol lubang anal Dini.
Fyuhh!! Susah banget memasuki relung rongga lubang memek tembem Dini.
"Pegang kontie lo yaa.. Dan jangan lo gerakin dulu.." ucap Dini sambil membuka belahan bibir memeknya dengan jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya.
Wow!! Lipatan bibir memek yang terkuak itu menampakkan isinya yang sangat menggoda. Merah mudaa segar dan terlihat berkilat basah. Tak lama kemudian diambilnya batang kontie berurat gue dengan jemari tangan kiri Dini, dipaskannya lagi dengan lobang memek tembem itu. Dini mulai menurunkan pantat dan,
"Sreepth!.. Sreptt!.. Sleeepph!!" kepala kontie gue mulai terbenam terjepit sangat erat di mulut memek tembem Dini yang mulai merekah tersumpal oleh kepala kontie gue.
"Aaahh!!!" teriak gue dan Dini bersamaan.
Gue teriak nikmat, tapi Dini teriak kesakitan.
Yaa Ampyuun!!.. Memek Dini sempit ga karuaann.
"Ssaa.kitt Renn!.. Lo ja.jjangga.n gerra.akh dulluuu.." bisik Dini seraya mengerenyitkan kening.
Setelah beberapa saat, Dini mulai menurunkan lagi pantatnya,
"Sleephh.." memeknya menelan kepala kontie bersama lehernya.
"Enna..akkhh.. Dinn!! Ouughhh!!" ucap gue dengan wajah penuh nikmat dan birahi demikian juga Dini.
"Iiiy..yaa Renn, konnt.toll lo berra..sshaa..hh bangg.ngettth.." ucap Dini gelagepan.
Dini mulai menggenjotkankan memek peretnya keatas kebawah sampai leher kontie gue.
"Uuuuggh Renn.. Ummphhfff!!" rengek Dini terdengar manja.
Gue cuma diam menutup mata, meresapi kenikmatan yang gue alami. Gue sudah ga kuat lagi, jepitan memek Dini terlalu nikmat buat gue. Ketika gue memegangi pinggul bahenol Dini untuk menekannya semakin dalam biar lonjoran batang kontie tertanam seutuhnya di dalam memek Dini, Dini menolaknya dengan halus.
"Not now beib, it's not the right place to have the real sex.. Just feel it, okey.." ucap Dini lembut.
"Aaaghhh!!!" pekik gue ketika memek tembem Dini tiba tiba menggigit gigit, meremas-remas dengan sangat kuat di sekujur kepala dan leher kontie gue.
Dini tersenyum melihat reaksi gue. Semakin cepat Dini mengeluar masukkan kepala dan leher kontie dalam memek tembemnya, dan semakin kuat juga gigitan dan remasan mulut memek yang bergerinjal-gerinjal itu.
"Oough!! say..yaangg.. Gue mmaau.. kell..luarr!" ucap gue bergetar makin belingsatan.
Kontie gue sudah berkedut keras.
"Keluarin sayang.. Keluarin pejuhnya.. Yang banyak yaa.." sahut Dini sambil tetep mengocokkan memeknya ke kepala dan leher kontie gue.
Dengan timing yang tepat Dini langsung mencabut kontie gue dari memeknya, mengocok dengan cepat pula, dan mengarahkan kepala kontie ke bibir memek tak berjembie itu, sambil mengangkang tepat diatas alat kawin gue.
"OOUUGGHHH DINN!!.. GUE KEELLL.. UUAARRHH!.. AAARGGHHHH!!!" teriak gue sambil menyemburkan peju kental kearah memek tembem itu.
Dengan jemari lembutnya, Dini masih terus mengocok dan mengurut kontie gue.
"JRO0T! .. CROO0T!!.. JROTT!!.. CROOTTT!!.. JROTTT!!" semburan keras pejuh gue yang hangat dan kental menghantam berkali-kali ke belahan memek merah muda Dini.
"Auuwh.. Aaah!!" pekik Dini kecil sambil tersenyum ketika memek tanpa jembie itu terhantam pejuh.
Setelah berhenti menyemprotkan cairan kenikmatan, kontie gue langsung di kelomoh Dini dengan buas. Di cleaning servis dengan lincah. Dari pangkal kontie diurutnya pelan-pelan untuk mengeluarkan sisa-sisa air orgasme. Lidah lancip yang menunggu di lubang kepala kontie itu akhirnya terlumeri oleh sisa pejuh yang ada di lonjoran batang konti gue. Dan di telannya dengan gerakan yang sensual. Perfect Job, Guy's!!
Dini menjatuhkan tubuh telanjang bulat miliknya di sisi gue. Menyandarkan kepala di dada gue dan memelukkan tangan kirinya.
"Puas Renn? hmm?" tanya Dini sambil memejamkan mata.
"Iya Din.. You're so greatt for me, gue puas dan seneng banget.. Hehe.." jawab gue sambil menatap wajah cantik Dini yang tampak kelelahan sehabis muasin gue.
"Hehe.. Gue juga thanks ya.. Oral lo sadis bangett.." balas Dini lembut.
Meskipun gue belum merasakan ngentot dalam arti yang sebenarnya dengan Dini, tapi hari ini adalah hari untuk pertama kalinya gue bisa melihat Dini telanjang bulat seutuhnya. Gue bisa melihat, meraba, mengoral memek tembem tanpa jembie Dini yang selama ini selalu bikin penasaran. Terlebih, tadi gue juga sudah nyicipin betapa nikmat luar biasanya jepitan memek Dini yang begitu ketat di kepala kontie dan leher.
Over all gue puas!! Gue beranjak duduk dan melihat ke arah memek Dini.
"Pejuh lo banyak banget Renn.. Anget, kenteel lagi.." bilang Dini sambil meratakan genangan pejuh di celah memeknya. Begitu banyak pejuh kental itu melumer dan melelehi belahan memek peret kemerahan Dini.
"Udah ahh, jangan lo pantengin gitu memek seksi gue.. Nagih ntar lo!" ucap Dini genit sembari ngeloyor ke kamar mandi, setelah mengambil setelan bra dan cd dari dalam tas belanjaan.
Gue pun juga langsung beranjak ke lemari pakaian, nyiapin kaos babydoll rajut warna kuning gading buat Dini bergambar wajah idolanya.. Sang Legenda, Kurt Cobain..
Gue ngalamun ngebayangin apa yang gue alami dan rasain barusan, sambil menghisap dalam-dalam cerutu from Cuba oleh-oleh dari temen. Luar biasa jepitan memek tembem tanpa jembie Dini. Ga kebayang deh kalau tadi kontie gue beneran masuk seutuhnya hehe...
Setelah beberapa saat,
"Bbrrrr..rr dingiin.." bilang Dini keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sedikit basah, cuma mengenakan bra warna merah terang dengan model jaring-jaring yang ujung penutup puting pinkynya berbentuk lidah kecil The Rolling Stone's, so kulit putih mulus yang membungkus bongkahan daging susu menerawang jelas! kontras dengan warna bra yang Dini kenakan.
Demikian halnya dengan g-string tipis penutup memek hanya selebar dua jari, yang juga berbentuk lidah dari the Rolling Stone's. Pantat bohaynya yang besar terlihat begitu padet. Muke gilee cing!! Seksii bangeetts!.. Dini berjalan ke arah meja kecil di sudut kamar, mengambil sebatang rokok putih favorit dan membakarnya. Sesekali disisipkannya rokok putih di bibirnya yang tipis, ketika kedua tangan Dini sibuk mengoleskan handbody.
"Gimana Ren, underwear yang gue pake?" tanya Dini sambil memutarkan tubuh putih semampainya di depan cermin rias. Sesekali tangan berjemari lentik Dini membenahi letak cup bra pembungkus melon putih 36B yang menyembul.
"Busyeettt dah.. Menggairahkan banget ni bocah.." gumam gue dalam hati sambil memandang mili demi mili bagian tubuhnya yang terbalut underwear.
"Bagus banget Din, berkesan seksi dan berani.. Perfect!!" jawab gue dengan antusias sembari mendekat kearah Dini dari belakang.
Dengan tangan kiri berkacak pinggang, telapak tangan kanan diletakkan diatas kepala, dan
lutut kaki kanan ditekuk sedikit. WoW.. Sumpah deh!!.. Dini Amalia bak model underwear profesional. Gue yang berdiri dibelakangnya pun tak kuasa untuk tidak mendekat, dan memeluk pinggang ramping Dini.
"Aaah.." desah gue ketika kontie yang belum di pakein boxer itu terselip di celah belahan pantat bohay Dini yang terasa hangat.
"Sayang.. Lo kok nafsuin siih?" tanya gue sambil menggesek-gesekkan batang kontie di belahan pantat Dini.
Sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher gue, Dini juga mulai menggoyang-goyang dan memutar-mutar pinggul, juga pantatnya.. Dahsyatt cing!!
"Iii.ihh kok ngaceng lagi sii? dasar bandel!" ujar Dini manja menggoda.
Jemari tangan kiri gue langsung menempatkan lonjoran batang kontie yang sudah ngaceng kebawah belahan memek Dini yang ber-g-string merah terang. Dini pun langsung menjepit kontie gue dengan merapatkan kedua batang paha mulus berbulu lembut itu saling menempel. Yuupz.. Kontie gue terjepit erat dan hangat diantara kedua paha tepat dibawah memek Dini.
"Uuughh, Din.." desah gue keenakan ketika merasakan hangat di sekujur lonjoran kontie, dan gue pun mulai menggerakannya maju mundur.
Ketika sedang asyik ber-foreplay, tiba tiba..
".. My Girl.. My Girrlll.. Dont Lie To Me, Tell Me Where Did You Sleep Last Night.." suara serak Kurt Cobain keluar dari speaker Hp Dini pertanda ada panggilan masuk.
"Aah.. Shitt!! ganggu aja neeh!!" gerutu gue ketika Dini melepaskan jepitan kontie dari himpitan pahanya.
Dini menatap layar Hp sebentar dan mengerenyitkan dahi juga mata yang jernih itu.
"Haloo.. Ngapainn?!" kata Dini ketus.
"Kamu dimana say? gua kerumah kok kamu ga ada, emang lagi dimana?" tanya seseorang diseberang telpon.
"Terserah gue lah mo ngapain kek, mau kemana kek, emang apa urusan lo?" dengan juteknya Dini menjawab sembari duduk di kursi dan menyelonjorkan tungkai batang kaki belalangnya yang putih licinn.
"Ayolah say jangan gitu dong.. Gua cuma pengen ngajak kamu jalan-jalan, makan, nonton atau apa kek.. Gua pengen nyeneng-nyenengin kamu say, karena gua sayang sama kamu dari dulu.. Masak kamu nolak perasaan gua ke kamu.." cerocos suara dari seberang telpon.
"Aahh.. Ga perlu lo seneng-senengin gue.. Gue juga udah seneng kok.. Ngapain lo repot-repot segala.. Lo suka sama gue? kalau gue ga mau sama lo trus kenapa? meski lo tajir, tapi lo musti ngaca! kelakuan lo kek gimana?! heh??" bilang Dini tajam.
"Jangan gitu dong say.. Gua selalu terbayang-bayang sama kamu, gua yakin kamu adalah soulmate gua.." rayu suara playboy cap kadal dari seberang telepon.
"Garing lo.. Basi tau ga!! Udah deh jangan ganggu gue lagi!!"sentak Dini.
"Asal kamu inget say, ke ujung dunn.."
"tut.. tuut.. tuuut.." suara sambungan terputus, ketika seseorang diseberang telpon sana belum kelar ngomong.
Yuupz.. Dini telah men-disconnect sambungan teleponnya.
"Aaahh, rese dah tuu cowok.. Ngejar-ngejar gue mulu.." gumam Dini kesal.
Gue yang mendengar semua obrolan barusan di telepon cuma nyengir, ngeliat si Peri kecil ngambek mengeluarkan wajah judes dan jutek itu.
"Ngapain lo cengar-cengir ga jelas kaya lukisan abstrak Basuki Abdullah?" tanya Dini dengan wajah merengut.
Waduh biyungg!.. Wajah gue di samain kek lukisan abstrak.. Busyeettt dah!.. Jiakaka!!..
"Duuch yang lagi ngambeeek.. Makin cantik dweech, nambah gemesiin.. Uhhuuiy!!" ledek gue becandain Dini ala komeng, sambil mengenakan boxer buat nyelimutin kontie. Dan Dini pun ngakak..
"Hahaha, muke lo jauuhh."
"Biar ga beTe, neeh gue kasih sesuatu buat lo Din.." ujar gue seraya mengasihkan sebuah kaos babydoll rajut bergambar Kurt Cobain.
"Waah, keren banget neeh Renn.. Kurt Cobain fave gue.. Kaosnya juga lucu, rajut kerawang-kerawang menampakkan daleman kulit tubuh pemakainya.. Thanks banget yaa Reen!!" ucap Peri kecil gue riang gembira, dan langsung mengenakan..
Alamaak!! Sungguh match di pake Dini. Karena kaos babydoll rajut itu panjang nyampe diatas lutut, so Dini ga perlu pake celana ato rok lagi. Lagian yang bagian pinggang ke bawah tidak bermodel kerrawang-kerawang, jadi g-string merah terang Dini aman dari gangguan setan-setan yang terkutuk.
Ente-ente setan bukan juragaan?? Jiakakaka!!..
"Duuch.. Cantiknya diri kyuuu.." kata Dini lucu dan narsis dengan melenggak-lenggokkan tubuhnya.
"Haha.. Yuupz, lo emang cantik Din.." ucap gue jujur.
"Siapa dulu dong cowook nyaaa?" bales Dini sambil melirik ke arah gue.
Duuch gue jadi malu.. Hiihi..hihi.hiii..
"By the way, tadi siapa yang call lo Din?" tanya gue sambil ngidupin tipi.
"Ouw tadi tuh si Rudi.. Rese' banget dah, gangguin and ngejar-ngejar cewek lo yang cakep ini terus-terusan.." terang Dini sekalian ga lupa narsis.
"Hmm.. Rudi?" tanya gue sambil bergumam.
"Iya, bocah tengil anak teknik yang belagunya ga ketulungan.." imbuh Dini.
Yuupz.. Gue tahu siapa Rudi. Cowok tattoo-an dengan tinggi sekitar 165cm berambut spike yang tengil, suka belagu mentang-mentang bokapnya tajir. Reputasinya memang buruk bahkan gosip yang beredar di lingkungan kampus, Rudi juga seorang drug user.
"Tenangg Din.. Selama ada gue, lo ga usah khawatir deh. Ga usah diambil pusing, oke!" kata gue nenangin Dini.
"Iya sayangg, tapi gue jadi beTe kalau dia main kerumah atau teleponin gue mulu.. Mana kalau pas ngobrol sama gue, tangannya celamitan lagi, fyuhh!" keluh Dini.
"Gampang, ntar hp lo biar gue kasih aplikasi penolak bala deh.. Gue jamin si Rudi ga bakalan bisa telpon lo lagi. Kalau tangannya celamitan, gampar aja muka nya!" terang gue rada jealous.
"Iya deh, thanks ya.." sahut Dini cepat.
"Eh ntar malem clubbing yuuk, mau ga lo?" tawar Dini.
"Hmm.. Gimana yaa? Bukannya gue ga mau Din, tapi gue sungkan sama Tante Mila juga Oom Tio kalau ngajakin lo maen mulu.." papar gue panjang X lebar.
"Hehe.. Good attitude, boy!" sahut Dini sembari ga lupa ngejitak gue.
#######
Beberapa bulan kemudian . . . . .
Jam 10.00 Wib, gue udah kelar kuliah.
"Ke kantin aja deh, ngopi dulu.." batin gue sambil bersiul berjalan ke arah kantin.
Ketika berbelok di sudut gedung pshycology, gue mendengar suara orang berdebat. Terlihat Dini yang mengenakan kemeja putih rada ketat dan rok hitam sedikit diatas selutut, terlihat sedang beradu mulut dengan seorang cowok dengan rambut bergaya spike.
Yuupz.. Tak biasanya Dini berpenampilan formal, ini disebabkan karena Dini sedang mengikuti test praktek mata kuliah Psikodiagnostik. Dan cowok yang berambut spike itu tak lain dan tak bukan adalah Rudi, cowok yang selama ini selalu ngejar untuk ngedapetin cintanya Dini.
"Ayolah say, ntar malem kita keluar yuuk.." ajak Rudi terus memaksa Dini.
"Kagak mau! Kenapa sih lo terus maksa gue, hah?! Kenapa ga lo ajak aja cewek koleksi lo!" bentak Dini.
"Ouw jadi kamu cemburu ya say, gua jalan ma cewek laen?" bilang Rudi sok pede.
"What!! Seorang Dini Amalia cemburu ke lo? ngayal lo!!" ketus Dini.
"Kamu kok keras kepala banget sih say? Kurang apa coba gua, hah? Cakep, tajir, keren.. Lo bakal seneng dan bangga deeh jadi cewek gua.." kata Rudi mulai menyombongkan diri.
"Kan serasi banget sama kamu say.. Kamu cantik, dan seksi menggairahkan.." imbuh Rudi dengan mata melirik ke arah gundukan toked Dini, yang masih aja terlihat membusung indah.
"Haha.. Pede lo ketinggian tau ga?!! Gue bangga jadi cewek lo? Yang bener aja.. Asal lo tau yaa.. Now, I'm saving all of my loving for someone who loves me.." beber Dini panjang lebar sambil menundukkan kepalanya ke arah Rudi, karena cowok tengil itu emang kalah tinggi dibanding Dini.
"Oo yaa? Gue bukan? Pasti lebih keren-an gua khan say, hehe?" ucap Rudi sambil mengeluskan tangan ke lengan putih Dini.
"Heh!! Rese lo yaa, tangan lo jangan celamitan.. Lepasinn! lepasinn!!" Dini berteriak sambil meronta ketika Rudi memegangi tangan dan berusaha untuk menyentuh buah toked Dini yang memang begitu menggemaskan untuk diremas-remas. Rudi pun memepetkan Dini ke dinding kampus.
Gue yang melihat itu semua, langsung berjalan kearah mereka..
"Woi.. What's up, Man!!" teriak gue.
Rudi kaget dan segera menoleh, sedang Dini pun langsung berontak dan segera berlari kecil ke arah gue. Dirangkulnya tangan kiri gue oleh Dini yang ketakutan seperti halnya cewek di film Kingkong yang lari ketakutan dari sergapan T-rex, dan segera berlindung di bawah tubuh gede Kingkong. Waduh biyung.. GueKingkong dong??..
"Ngapain lo ikut-ikutan urusan gua sama Dini!" bentak Rudi.
"Harusnya gue yang nanya, Maan! Ngapain lo maksa-maksa Dini sampe lo pepetin dia ke dinding, hah?! Asal lo tau yaa, semua urusan Dini termasuk urusan gue juga!!" bentak gue ga mau kalah.
"Lo jangan cemen dah, beraninya sama cewek.. Banci tau ga lo!!" imbuh gue mulai menyerang sisi psikologis Rudi.
"Ooo.. Jadi elo yang ngerebut cinta Dini dari gua, hah?!" kata rudi sengit.
"Apa lo kata?! Lo sakit yaa?.. Siapa juga yang mau sama cowok urakan seperti lo!" sahut Dini ketus.
"Haha.. Gimana man?! Dah tau sendiri kan jawabannya? Ga perlu diterangin lagi kan?" tanya gue sambil menyedekapkan kedua tangan di dada. Keren banget dah gaya gue waktu itu gan, so cool gitu dwech..Haha..
"Cuiih!.. Awas lo, Renn. Tanggung sendiri akibatnya!!" ancam Rudi melotot sambil menunjuk-nunjuk kearah gue, dan melangkah pergi.
Dini langsung meluk gue.. dan
"Cuphh.." cium mesra dari bibir tipis Dini ke bibir gue. Duuch bahagianya daku..
"Lo gapapa kan sayang?" tanya gue sambil menyibakkan anak rambut Dini dari keningnya.
"Gapapa kog Ren, untung aja lo cepet dateng." jawab Dini.
"Tapi pergelangan tangan gue rada sakit neeh, gara-gara cengkeraman Rudi.." lanjut Dini sambil memperlihatkan pergelangan tangan yang tampak memar berhiaskan watch Alexander Christie warna perak.
"Ntar gue pijitin di Basecamp Phsycopala, sama dikasih minyak kayu putih biar anget.." kata gue seraya memperhatikan pergelangannya. Dini cuma mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.
"Lo masih ada kelas ga Din?" tanya gue sambil merhatiin sesuatu yang mengintip diantara kancing baju Dini.
Apakah itu? Beha dengan model kerawang jaring jaring warna hitam merah pembungkus buah dada besar yang kontras dengan warna kulit dan baju putih Dini itu, terlihat jelas diantara celah kancing.
"Ehemm.. Emm.. Jangan cuma di lirik doang kalo berani, hmm?" tantang Dini karena tahu kalo mata elang gue lagi mendaki puncak gunung susu 36B nya.
"Hehehe.." gue tengsin juga nih ga gentle main intip segala.
"Yaudah, yuuk ke Basecamp aja." ajak Dini.
Dan kami pun berjalan beriringan bergandeng tangan sambil tebarkan senyuman.
#####
Sampe di depan Basecamp, terlihat Pay, Risna, Fuad, Shinta, dan Seno sedang nyantai ngobrol.
"Haluw brotha.." sapa gue ramah ke mereka.
Dini langsung duduk di bangku dengan menyilangkan kaki belalangnya berhadapan dengan si Pay. Gue liat si Pay curi-curi pandang kearah paha putih Dini yang rok hitamnya tertarik sampe setengah paha. Maybe si Pay teringat eksib Dini dan live show yang gue peranin bersama bunga kampus itu.
"Pagi juga Ren, Dinn.. Duuch yang lagi kasmaran mesranya kaya pengantin baru.. Eh tapi udah kawin belum? Hahaha..!!!" celomet Fuad ngasal.
Semua pada ketawa. Dini cuma tersenyum dan merona merah denger kata kawin.
"Aah bisa aja lo bro.." jawab gue singkat. Risna dan Shinta ikutan terkikik.
"Anyway.. Kaya nya lagi pada nge-planning something yaa?" tanya gue kalem.
"Ouw iya Ren, kebetulan awal bulan depan kita mo latihan panjat sekalian camping neeh.. Lo mo ikut kaga? Sekalian ajakin Dini, biar wawasannya makin luas ga cuman mantengin wajah lo doang.. Ga bosen apa lo, Din..Hahaha..!!" giliran seno nyeletuk caper.
Yuupz.. Gue bisa merasakan kalo Fuad dan Seno pada caper ke Dini, kecuali Pay. Kayanya Pay selalu mupeng deh saban ngeliat Dini.
"Wajah Reno kan udah kaya tebing bro.." timpal Dini dengan memainkan wajah jenaka.
"Hahahaha!!.." ketawa anak-anak phsycopala pun meledak.
"Tapi kan ngetagihin lo Din.. Ya ga? weekz.." serang gue balik sambil mengerlingkan mata.
"Hayoo.. Lo diapain Din, kok sampe ketagihan sama Reno?" tanya Pay berani. Jiaah, tumben Pay bisa ngomong.
"Adaa dweech, pengen lo Pay? Yuuk.." goda Dini centil ke Paidi.
"Sukuriin lo Pay, ngeceng aja masih nangis lha kok malah beraninya ngegodain Dini.." bilang Fuad.
"Wakakaka!!" meledak lagi tawa mereka. Pay cuma nyengir ga jelas.
"Yoi bro gue ikut dah, lagian lama ga ke gunung juga pantai.. Nih rokok, sini bukan pom bensin khan?" bilang gue setuju buat ngikut acara rock climbing sambil nawarin rokok ke mereka, karena gue liat, tumben mereka ga pada ngerokok.
"Ngerti aja lo Ren kita butuh dopping.." ujar Fuad sambil menyalakan rokok.
Dini pun juga ngeluarin rokok ESSE fave-nya, Shinta dan Risna pun ikutan ngebul bareng.
"Emang mo panjat kemana bro?" tanya gue ke seno.
"Ke pantai siung, sekalian aja sapa tau nemuin cliff baru untuk di panjat.." terang seno.
"Gue juga ikut Ren.. Kek nya seru tuuh.." sahut Dini seraya memasang kacamata hitam playboy diatas kepala seperti bando.
"Nah gitu dong Din, join us biar rame.." tukas Pay cepat dengan wajah berbinar dan tatapan mata mengarah ke dada Dini. Muke gilee daah! Kaya nya Pay terobsesi banget sama Dini.
Paidi alias si Pay ini orangnya memang baek banget dan suka menolong. Kalo anak-anak ada perlu apa gitu, pasti Pay ini dengan seneng hati mau membantu..
"Ntar gue kasih hadiah deh lo pay.." batin gue sambil ngelirik Dini. Dini pun tersenyum menggoda, tau si Pay mulai ganjen.
Gue ngeluarin Hp dan dengan cepat mengetik,
"Berani ga ngerjain pay? Itung-itung beramal:-P .." isi sms gue ke Dini.
"Ceteeek, asal lo ga ikutan mupeng ajaa :-P.." balas sms Dini ke gue.
Selang beberapa saat,
"Ren, pinjem jaket lo bentar gue mo ke toilette.." bisik Dini ke telinga gue. Gue mengengguk sambil tersenyum, dan Dini pun beranjak ke toilette kampus tercinta.
Sepeninggal Dini yang berjalan santai ke toilette, Pay pun sesekali melirik goyang pinggul Dini sambil menelan ludah.
"Gue sama Risna ke fak hukum dulu ngambil misting dan sleeping bag.. Lo sama Shinta ke fak teknik ngambil tenda yaa bro.." kata Seno ke Fuad.
"Dan lo Pay, siapin perlengkapan panjat jangan sampe ada yang ketinggalan.." tambah Seno membagi bagi tugas ke sQuad-nya.
"Siapp, Ndan!!" jawab Fuad, Shinta, dan Pay kompak.
"Ntar biar gue juga bawa dome, gue punya kok sekalian dengan lampu badainya.." usul gue ke Seno.
"Sipp bro, thanks!" sahut Seno cepat sambil melangkahkan kaki pergi ke fak hukum.
Fuad dan Shinta pun beranjak pergi ngambil tenda.
"Wah kebetulan banget neeh bisa ngerjain Pay.." batin gue senang.
Si Pay pun mulai sibuk-sibuk di dalam ruangan Pshycopala. Sebelum ikut Pay masuk ke ruangan pshycopala, Gue melihat-lihat sikon di sekitar basecamp untuk meyakinkan aja biar aman, ketika sesuatu yang pasti enak buat Pay berlangsung.. Haha.. Anjritt! Kenapa gue juga mulai suka kalo Dini bertingkah nakal yaa? Bikin gue jadi napsu-napsu gimana gituu.
"Fyuuh.. Nyaman daah.." gumam gue ketika duduk dan menyandarkan tubuh ke sofa dalam ruangan Basecamp.
Benak hitam gue melayang sejenak, teringat kejadian yang mana di sofa ini pula, gue merasakan teknik oral yang sedemikian hebat di tunjukkan oleh seorang bunga kampuz bernama Dini Amalia, yang berakhir dengan cum in mouth. Semilir angin segar dari big fan yang menggantung di langit ruangan menerpa tubuh gue.
"Din, ntar begitu gue sms, lo langsung masuk ke ruangan, sedang gue pura pura beli rokok.. Jadi lo bisa puas deh ngerjain bocah gunung kidul itu. Hahaa!!!." sms gue ke Dini yang masih preparaTion.
"Yupe. Hahaa!!" bales sms Dini.
"Ehmm.. Eehm.. Pay lo pasti sering coli kan? Pantat lo tepos gitu.. haha!!" tanya gue cengengesan.
"Aah bisa aja lo Ren.. Emang kalo pantat tepos keseringan coli ya?" tanya si Pay sambil tetap sibuk, mulai terpancing umpan gue.
"Noh bener kan, gue kate juga apee, Pay."
"Emang kalo lo coli, ngebayangin siapa siih? Mbak Minah penjual di kantin yaa?" tanya gue menahan tawa.
"Hahahaha.. Gila lo Ren, masak gue ngejadiin Mbak Minah jadi objek coli gue? Enggak lah yaw.." jawab Pay kenes dan tergelak.
Mbak Minah adalah perempuan gemuk setengah baya yang biasa jualan di kantin kampus, orangnya baik dan ramah ke anak-anak, jadi pada banyak yang bon tuuh kalo anak-anak lagi pada ga ada duit termasuk Paidi ini.
"Hmm.. Lha terus siapa dong si dia yang lo jadiin objek?" tanya gue penasaran.
"Adaa dehh.." jawab Pay genit sambil menyalakan rokok.
"Aah.. Pake gaya bencong segala lo Pay, ga asyikk.." ucap gue menggerutu.
"Hehe.. Emm, tapi lo jangan marah Ren.. Sebenernya gue ga enak juga ma lo.." ucap Pay sungkan.
"Alaah pake ga enak segala, ntar gue tambah garam ma mecin deh biar manteb.." kata gue ga sabar..
"Hmm.. Dini, Ren. Cewek lo yang gue jadiin objek, hehe sori yaw.." jawab si Pay sambil senyum ga jelas dan garuk-garuk kepala.. Jiahh.. Style gue di pake sama diee..
"Hehe.. Gapapa kalee Pay, Dini lo jadiin bahan coli. Emang kalo boleh tau, kenapa sih kok lo milih Dini?" tanya gue penasaran.
"Yaa karena Dini cakep, seksi, putih mulus. Menggairahkan banget Ren. Apa lagi tokednya.. besarrr dan ngacengin tau ga lo. Ni aja gue dah rada tegang ngebayangin Dini, hahaha.." terang si Pay dengan jelas ke gue.
Mendengar penjelasan Paidi, hati gue langsung bergemuruh horny.
"Hahaha.. Bisa aja lo Pay.." kata gue sambil tergelak.
"Beruntung banget dah lo Ren, bisa macarin Bidadari.. Jangan-jangan lo pake Axe ya? Bikin Bidadari lupa diri.." canda Pay seraya meniru iklan parfum.
"Hahaha.." gue cuma ngakak denger kicauan si Pay ini.
"Hmm.. Bentar lagi lo bakal di temuin iblis, Pay. Bukannya Bidadari.." batin gue.
Langsung aja gue sms Dini,"Din lo kemari sekarang ya, give your best naughty, oke!"
"Sipp Ren!" balas Dini cepat.
Gue pun pamit ke Pay untuk beli rokok.
"Pay, gue beli rokok bentar. Ntar kalo Dini dateng, suruh nunggu dimari aja."
"Hahh!! Dinn.. Dini.ii? Ngg.. Iiya deh.." jawab Pay gugup, tau kalo dia akan berduaan sama Dini.
#####
"CKLEEK..." suara pintu di buka tangan lembut berjemari lentik.
"Halo Pay.. Lhoh Reno nya mana?" tanya Dini tiba-tiba. Dan si Pay pun terkejut.
"Welehh! Fyuuh.. Kaget gue, kirain sapa.." bilang Pay terperanjat.
Mata Pay pun bagai metal detector mengamati Dini dari kaki sampe kepala, dan "ClegukK" air liur pun tertelan melewati tenggorokannya yang mulai mengering. Senyum iblis Dini mengembang lewat bibir tipis ber-lipgloss merah candy-nya Revlon.
"Kenapa lo Pay, melotot bengong kaya liat setan??" tanya Dini sambil mengamati wajah culun si Pay.
"Ehh.. Mmh.. I.iyya, setan cantik.." jawab Pay spontan.
"Apa pay?" tanya Dini tersenyum senang dirinya dibilang setan cantik, tapi Dini pura-pura ga denger apa yang Pay ucapin barusan.
"Ehh.. Hmpp.. Gapapa Din, gapapa kog.. Hehe.." jawab si Pay gugup seraya pura-pura ngambil gunting dari dalam laci meja.
Yuupz.. Si Pay sampe bengong ngowoh jelek, karena Dini telah berganti kostum setelah tadi ngambil baju ganti di Audi solid black nya sebelum ke toillete. Sekarang Dini mengenakan stiletto merah Saint Ivest ber-hak 3cm, sehingga tinggi badan si Pay cuma sebahu Dini kalo dilihat dari samping, dan sepangkal toked besar berukuran 36B nya Dini kalo dilihat dari depan.
Batang kaki belalangnya yang putih berbulu lembut itu di tutupi rok jeans hipster biru muda diatas lutut, di hiasi belt lebar Gabrielle putih bergaris garis merah. Sedang untuk atasannya, Dini mengenakan jaket Black Angel punya Reno.
"Aaahhh.. Capeekk.." bilang Dini sembari menggeliat dengan meluruskan kedua tangannya keatas kepala, persis didepan Pay yang sedang duduk di balik meja.
Kulit perut dan pinggang Dini yang mulus pun terlihat jelas, setelah jaket yang dipake Dini terangkat keatas. Tak ketinggalan pusar bersih berhiaskan piercing emas putih menyapa dengan genit,"Helo kid, touch me if you can."
Kesemuanya itu tersaji dengan jelas tepat di hadapan kedua mata si Pay yang tampak mulai juling miring-miring. Tak lupa tegukan air liur melewati tenggorokan si Pay.
"Konak Pay?" gumam Dini dalam hati.
"Eeh capek kenapa Din?" si Pay mulai memancing di air keruh. Gue pun udah standby mengintip melalui jendela nako yang kain kordennya terbuka dikit.
"Iya capek tadi abis ikut praktek mata kuliah Psikodiagnostik, Pay. Mana gerah lagi sekarang.." kata Dini sambil menyibakkan rambut indah shaggy yang di hightlite merah panda berbando kacamata hitam.
Tangan berkulit lembut itu pun di kibas-kibaskan ke leher Dini yang jenjang, menandakan bahwa Dini membutuhkan udara segar. Memang, meski di dalam ruangan basecamp sudah terpasang big fan, tapi tetap aja pengap karena udara yang dikipasi juga udah panas.
"iIya Din, gue juga kegerahan neh.." ujar pay menyetujui pendapat Dini, dan kedua matanya juga menyetujui kalo kulit pinggang juga perut Dini emang bener-bener aduhai ngonakin kontie.
Tangan kiri Pay pun pelan-pelan di letakkan kebawah.
"Fyuhh!" ucap Dini masih didepan si Pay. Dengan gaya seakan-akan ga sadar, Dini mulai membuka retsliting jaket yang dipakainya dengan gerakan yang dibuat sangat seksi.
"Shret.." dada putih Dini mulai terlihat..
"Shreett.." kancing ristliting itu pun turun sampe sejajar dengan bongkahan daging payudara Dini yang paling bawah.
Anjriitt!! Gue yang di luar ruangan mulai degDegan, horny, dan ngaceenggg. Si Pay pun gue liat sampe tercengang melihat kesempurnaan dada dan belahan melon putih Dini yang mengkal, yang tersaji siap makan. Wajahnya memerah jelek menahan nafsu birahi.
Dini melirik Pay melalui sudut matanya.
"Makan neh toked gue Pay.." membatin Dini dengan sunggingan senyum di bibir tipisnya.
Jemari lentik dari kedua tangan lembut Dini dengan nakal mulai menyibak krah jaket ke kanan dan ke kiri sampe ujung pundak kanan kirinya. Tentu saja dengan jaket yang sudah terbuka lebar, seperempat dari belahan dada yang tampak dalam itu menyembul dengan indahnya meskipun buah itu masih terbungkus beha. Bujubuneeng!!..
Daging melon 36B itu terbungkus oleh beha Victoria Street bermodel jaring jaring, so balutan kulit putih yang lembut pembungkus daging toked terlihat jelas di mata gue atopun di mata si Pay.
Ujung puting pinky Dini yang mungil pun terlihat nyempil, terjilat oleh lidah Rolling Stone sebagai penutupnya. Melihat semua itu, gue pun harus mulai mengelus-elus kontie yang mulai menggelembung. Si Pay langsung tersedak begitu melihat pesona keindahan dari toked sekel Dini yang sangat merangsang.
Lengan tangan Pay yang sebagian terhalang meja terlihat bergerak. Dini pun dengan santai menundukkan tubuh jangkungnya ke meja di hadapan pay, bertelekan kedua tangan sampe siku. Yuupz.. Dengan jarak hanya 40cm, Pay benar-benar di manjakan oleh aroma harum parfum Bluvgari RedZone dan pesona sepasang buah dada ranum yang tampak makin menyembul, karena beha Dini yang mengetat juga posisi Dini yang membungkuk.
Berkali-kali punggung telapak tangan si Pay mengusap bibir untuk membendung air liur yang mau tumpah mengalir keluar. Dari belakang gue lihat bongkahan pantat bohay Dini begitu membulat kencang. Rok jeans yang dipakainya terangkat keatas, menampakkan batang paha yang padet berisi sebagai penopang pantat aduhai itu.
"Glek!" gue membayangkan nge-doggie Dini. Duuch pasti nikmat ruaarr biasa!
"Lagi ngapain sih Pay?" tanya Dini mesra sambil menatap erat wajah bocah dari gunung kidul itu.
Si Pay yang sedang asyik melahap buah dada Dini yang ranum dan ngacengin itu, sontak tergagap.
"Hmp.. Emhh.. Ii.ini Din, la.. lagii membuaat titik-titik di badan tebing yang akan di panjat.." jawab Pay kikuk, karena di tatap sedemikian dekat oleh wajah binal dan sepasang toked sensual Dini.
"Ngecrott kaga lo Pay??" batin gue.
Waduh biyungg.. Jangan-jangan malah gue nih yang ngecrott.. Haha..
"Ouww gituu Pay.." jawab Dini cepat sambil melirik lengan kiri Pay kok gerak-gerak.
Dengan cara yang sempurna untuk mengetahui ada apa gerangan? Dini pun menjatuhkan kacamata hitamnya ke lantai didepan meja.
"Kkletek!" dan "Auuww!" Dini pura-pura menjerit dan segera mengambil kacamatanya.
"Ohh Shitt!!!" umpat Dini dengan wajah kaget, karena ketika Dini melongok kebawah meja, ternyata yang bikin lengan bocah gunung kidul gerak-gerak tadi adalah gerakan coli dari telapak tangan kiri Pay, yang sekarang ini sedang mengocok-ngocok kontie yang terjulur keluar lewat celah ritsliting celana yang sudah terbuka. Kontie itu sudah sangat tegang.
"Busyeet dah, bikin gue horni.. Memek gue mulai basah neeh.." kata Dini dalam hati.
Dini menegakkan tubuh seksinya, menggeretakkan pinggang kekanan kiri.
"Krethek.. Kretekk!"
"Uugh.. Badan gue pegel semua.." gumam Dini memancing reaksi Pay.
"Badan lo capek Din?" tanya Pay sembari memandang sembulan daging melon yang tampak berayun menggemaskan seiring gerakan pinggang Dini barusan.
"Iya neeh Pay, terutama kaki gue.. Salah gue juga siih pake high heels. Pijitin gue dong Pay, bentar aja deh sembari nunggu Reno.." kata Dini beranjak ke sofa.
Dini yakin seyakin-yakinnya si Pay bakal mau mijit. Lagian siapa juga sih yang ga mau nyentuh dan ngelus kaki belalang Dini yang mulus licin itu.
"Oke Din.." sahut Pay cepat, termakan umpan iblis yang di lontarkan Dini.
Dengan terburu-buru seakan ga mau kehilangan mangsa dan kesempatan yang tentunya mengasyikkan, Pay pun langsung menuju ke sofa tempat dimana Dini duduk setengah berbaring yang mengakibatkan rok jeans yang di pakai Dini semakin tersingkap keatas menampakkan batang paha yang licin mengkilat berbulu lembut. Dini pun menempatkan pantat semog nya itu di ujung sofa. Pose tubuh yang seakan pasrah untuk di entot. Gue yang diluar ruangan pun degdegsirr melihat semua itu.. Horny beratt bung!
Dini menatap Pay dengan raut muka sengaja dibikin binal.. So bitchy!!..
"Uups!!" Dini terkejut ketika Pay berjalan kearahnya dengan membawa kursi plastik kecil, tetapi yang membuat Dini terperanjat adalah kontie Pay terjulur keluar dari celah ritsliting celana yang masih terbuka.
Sewaktu Dini meminta tolong Pay tadi, ternyata cowok culun itu lupa ga menutup ritsliting celananya karena terburu-buru takut kehilangan mangsa cantik yang memintanya untuk dipijit. Dini tersenyum dengan mata sayu melihat itu semua.
"Aah.. I need your big dick, Ren.." desah Dini.
"Sini kaki nya Din.." bilang Pay tak lupa untuk mantengin buah payudara Dini yang mulai berkeringat dengan terbentuknya titik-titik air disepanjang belahan dan dinding toked besar yang menggembung itu.
Dini pun menyelonjorkan batang tungkai kaki kanannya. Dengan sedikit gemetar, telapak tangan Pay yang kasar itu mulai menjamah kaki si bunga kampus. Dipijit dan diurut nya pelaan berulang telapak kaki putih yang high heels telah terlepas itu. Kemudian, di raihnya betis bunting padi Dini. Di pijit dan di urut dengan telaten oleh Pay dari bawah telapak kaki sampe lutut belakang Dini.
"Aakh, enak Pay pijitan lo.." ucap Dini keenakan.
"Anak gunung kidul gitu loh.." balas Pay genit.
"Heehehe.. Bisa aja lo Pay.." tukas Dini sambil memejamkan mata menikmati pijatan.
Melihat Dini memejamkan mata keenakan, Pay pun keenakan juga menikmati payudara putih dengan puting pinky nya yang nyempil di balik bra pembungkusnya. Paha putih Dini pun jadi santapan lezat mata Pay. Gerakan memijit pun berubah menjadi elusan-elusan lembut oleh telapak tangan kiri Pay, seiring kepalanya yang melongok ke celah rok jeans hipster Dini untuk mengintip apa yang tersembunyi di selakangannya.
"Uughh.." Dini melenguh kecil merasakan nikmat, ketika telapak tangan Pay yang kasar mulai mengusap kulit pahanya yang lembut dibagian dalam, memutar kebagian luar dengan perlahan, diselingi pijatan ringan dari jemari Pay yang terlihat jempol semua.
Bulu-bulu halus di paha Dini pun meremang akibat ulah telapak tangan Paidi. Dini melirik kecil lewat sudut matanya, ketika Pay berusaha melongok-longokkan wajah ndeso nya itu kearah selangkangan yang ber-memek tembem tanpa jembie. Gue yang diluar pun udah ngos-ngos critt tau adegan di dalam basecamp yang semakin memanas. Ujung kontie gue pun udah menangis pilu.
Dengan gerakan yang nakal menggoda, Dini mulai menggerakkan tungkai kaki kirinya membuka dan menutup, dengan gerakan yang sangat menggairahkan. Si Pay pun tanpa susah payah bisa menyaksikan sesuatu yang terjepit diantara kedua paha mulus Dini.
"Puas lo pay??" ucap Dini dalam hati.
Yuupz.. Dini mengenakan cd g-string warna merah hitam senada dengan bra Victoria Street-nya. Karena Dini juga merasakan memek nya basah dari tadi dan juga gerakan kaki kiri nya yang membuka menutup kaya Sharon Stone di film Basic Instict, maka g-string seksi yang di pake nya nyelip tergelincir diantara bibir memek tembem itu.
G-string itu jadi seperti seutas tali yang membejek belahan bibir memek. Sebegitu horny nya si Pay, sambil melihat buah dada besar yang bergerak lembut seiring tarikan nafas Dini yang makin cepat, sambil melihat dan mengelus kulit batang paha Dini yang hangat, sambil melihat lilitan g-string yang terselip di memek tanpa jembie itu, jemari telapak tangannya langsung mulai mengocok kontie yang terjulur keluar dari lubang ritsliting celana yang di pakenya.
"Ahh.. Ouugh.." lenguh Pay keenakan dengan "lauk" makan siang yang beraneka ragam bentuknya.
Begitu pula dengan Dini. Dari luar ruangan gue liat Dini juga melenguh keenakan menikmati usapan-usapan telapak tangan Paidi, sambil menggigit-gigit kecil bibir bawahnya. Di liriknya kontie Pay yang terjulur keluar dan masih terkocok oleh jemari tangan Pay sendiri.
"Sshh, Din. Lo menggair..rahh.kann.. Bangg.ngettt.." desis Pay lirih takut suaranya kedengeran Dini. Dini gue liat cuma tersenyum.
"Aahh!.. Uuugh!" pekik kaget Pay.
Anjrittt!! Ternyata pekik Paidi itu disebabkan oleh ulah telapak kaki kiri Dini yang berhiaskan gelang kaki emas putih berliontin hati. Yuuppz.. Demi memberi kejutan kenikmatan kepada Pay, Dini pun tak kuasa untuk tidak menyentuh kontie paidi. Telapak kaki kiri dengan jemari putih itu telah mengusap-usap batang kontie Paidi dengan gerakan naik turun.
"Ouugh Dinn.. Nikm.maat ba.bangett.hhh.." desah Pay sambil mencondongkan tubuhnya kebelakang, bertumpu pada kedua tangan yang menapak ke lantai ruangan pshycopala.
Tentunya dengan tujuan biar Dini lebih leluasa memainkan tarian telapak kaki kiri nya yang terasa hangat itu di batang kontie nya si Pay. Waduhh kadaall !! Gue pun bisa ngebayangin kenikmatan yang dirasakan bocah nggunung itu.
Dini mulai meremas-remas toked empuk kenyal nya yang sebelah kanan.
"Uuugh.." lenguh Dini pelan ketika jemari lentiknya memilin puting imut pinky yang udah terlihat menegang.
Tiba-tiba Dini menghentikan aksi remas dan pilin di buah payudara yang makin membusung itu, seakan sadar akan tujuan semula untuk ngerjain Paidi, bukan ngerjain diri sendiri. Dini tersenyum, ketika melihat raut muka Paidi yang penuh kenikmatan akibat gosokan lembut dari telapak kaki kirinya. Telapak kaki kanannya pun turut bergabung untuk memainkan sebatang kontie yang di miliki si Pay.
Di jepitnya kontie itu dengan kedua telapak kaki kanan kiri dan dikocoknya keatas bawah dengan cepat.
"Aah.. Aahh.. Uughhh!!" desah dan lenguh keenakan keluar dari bibir Paidi, ketika gerakan kocokan kedua telapak kaki Dini itu berubah menjadi pilinan dan pelintiran lembut.
Gue seakan bisa merasakan juga nikmatnya pilinan dan pelintiran dari telapak kaki Dini di kontie gue..
"Oough..yesshh!" desah gue.
"Enaak Pay? Hmm?" tanya Dini menggoda sambil menyunggingkan senyum nakalnya.
"E..enna.akkhh!..." Pay menjawab dengan menggelinjangkan tubuh.
"Gimana kalo yang ini.." ucap Dini seraya menjepitkan dengan erat jempol dan jari tengah kaki kirinya yang putih itu ke pangkal kontie si Pay, kemudian langsung mengurut-urut keatas bawah dengan cepat..
"Oughh! Ye.eeshh.. Ge..gel.lii Dinn!! uughh!" ceracau Pay penuh penghayatan.
"Aaahhh!! Sshhh!.. Mmphh!!.." suara Paidi makin gelagapan, pada saat jemari putih kaki kanan Dini ikut juga mengulas-ulas kepala kontie, ditambah pemandangan di depan matanya berupa sembulan toked besar terhimpit bra yang bergoyang-goyang lembut. What the fuck!!..
"Lo bener-bener jadi cowok beruntung yang dapet servis foot finger fuck Dini, Pay.." batin gue tak lupa ngusap-usap kontie makin cepat.
Dini terlalu seksi dan menggairahkan buat Paidi, yang cuma anak seorang petani ketela di daerah gunung kidul. Semua keindahan yang disajikan oleh tubuh seksi Dini, yang selama ini cuma jadi bahan coli si Pay, sekarang menjadi dream come true.
"Ouugh.. Yesshh! Leb.leebihh ce..ppett Dii..inn.. Aahh!" pinta si Pay menahan berjuta nikmat, dan mulai mengejan.
"Gu.. Guee nge..crootsshhh.. Aahhh!!" jerit parau Paidi ketika melontarkan semburan pejuh.
"Crott!.. Creet!.. Croot!.. Crettt!!!" pejuh putih itu melumeri jemari kaki kanan dan kiri Dini.
"Auuw!! Iii..ihhh, banyak banget Pay.." pekik Dini dengan manja, ketika merasakan cairan pejuh hangat Pay.
Paidi cuma tersenyum penuh kepuasan dan tergolek lemah tak berdaya menikmati sisa-sisa puncak orgasme terindah sepanjang hidupnya yang di peroleh oleh bantuan si bunga kampuz. Dengan sangat bitchy, Dini menyodorkan jemari berpejuh itu ke wajah si Pay, mengoles-oleskan dan meratakannya..Wow!! Sett dah!! Wajah Paidi pun tampak imut berbedak pejuhnya sendiri.
#####
Setelah semuanya berakhir, Dini keluar dari ruang basecamp berjalan kearah kantin Mbak Minah dimana gue udah duduk manis nungguin Dini.
"Hai Renn.." sapa Dini setelah mendaratkan pantat semok nya diatas kursi, disamping gue.
"Giman Ren aksi gue? Keren ga?.. Mbak es soda gembira satu yaa!!" tanya Dini ke gue dan langsung teriak ke Mbak Minah untuk pesen minuman.
"Keren Din. Gila!!" jawab gue dengan mengacungkan dua jempol kearahnya.
"Kok lo bisa pinter banget sih nakal kaya gitu?" tanya gue penasaran.
"Ini non Dini, minumnya.. Kok lemes kenapa non?" sela Mbak Minah seraya ngasih minuman dan bertanya ke Dini.
"Abis narik ular yang punya telur dua Mbak, haha!!" sahut gue cepat.
"Iii.ih apaan sih. Rese lo aah!" gerutu Dini manja sambil mencubit pinggang gue.
"Gapapa kok Mbak, capek aja.." jawab Dini ke Mbak Minah dengan wajah memrah.
"Ouw.. Yaudah buruan di minum es nya.." ujar Mbak Minah dan segera berlalu.
"Sluurpptt!!!.. Ahh segaar.." bilang Dini.
"Gue belajar eksib and gaya-gaya nakal yang tanpa ngerendahin diri dari movie.." terang Dini menambahkan.
"Oooh gitu, asyik banget gaya lo.. Merangsyangg, tau ga lo.."
Dini cuma mesam mesem lucu..
"Eeh Ren, ntar malem clubbing yuuk, dah lama ga ngerasain ajib-ajib nih.. Mumpung ladies night ntar.." ajak Dini.
"Oke peri kecil ku tersayang.."
Tiba-tiba Dini lebih mendekatkan tubuhnya kearah gue, dengan meletakkan telapak tangan kanannya dipundak kiri gue. Kelihatan mesraaaa..
"Gue horny banget Ren, memek gue basah. Tau ga Ren, ni aja g-string gue nyelip dibelahan memek.. Uuggh enak bangett Ren.. Berani ga ngeraba? Hmm?" goda Dini nakal napsuin.
"Gue juga horny Din. kontie gue sampe nangis neh.." jawab gue.
"Petting yuuk.." ajak Dini udah ga nahan.
Ide bagus tuuh. Langsung aja gue ma Dini beranjak keluar dari kantin tak lupa membayar minuman tadi. Di pintu kantin, kami berpapasan dengan cowok tengil, Rudi. Dini pun langsung merangkulkan tangan kanan berkulit lembut itu ke pinggang gue dengan erat.
"Kamu cakep banget deh Ren, ii..ihhh gemessinnn.." kata Dini rada keras untuk manas-manasin rRudi yang cuma melongo saat gue meliriknya.
"She is Mine!!" teriak gue dalam hati penuh kemenangan.
#####
Terlihatlah Audi solid black di pojok parkiran.
"Waah kalo situasinya kek gini, ga aman neeh." pikir gue sambil memandang sekeliling.
Tapi tampaknya Dini cuek aja, langsung masuk ke pintu belakang. Gue pun langsung menyusulnya masuk.
"Din, karena situasinya ga memungkinkan buat peting, lo aja deh yang gue puasin yaa.." kata gue lirih.
"Emm.. Bener juga kata lo sih Ren. Yaudah besok ganti lo deh yang gue puasin. Hehee.." jawab Dini juga lirih seraya terkekeh.
Dini mengambil duduk rada berbaring di posisi tengah di jok belakang, otomatis buah pantatnya mepet di ujung kursi jok. Kedua batang tungkai kaki belalangnya di lurus kan mengangkang diatas sandaran kepala di jok depan kanan dan kiri, dan gue ambil posisi pas ditengah-tengah paha putih mulus Dini. Gue singkap rok jeans itu pelaan-pelan sampe menggulung di pinggang ramping cewek gue itu.
Ooh god!!.. Apa yang tersaji di depan gue sungguh sempurna banget. Tali g-string penutup memek tembem kemerahan tanpa jembi itu terselip ditengah celah lipatan memek Dini yang tampak membasah licin dan semakin tembem. Gue langsung mencucup-cucup di sepanjang belahan memek dari bawah keatas.
"Cup.. Cupp.. Cuup.." dan,
"Lheepp!" menyapukan lidah gue telak di sepanjang garis memek yang begitu ngontolinn.
"Uughh!.. Mmphh.. Sshhh! Nikk.mmaa.at.. Ba.banggettshhh!!.. Aahhh!!!" ceracau dan jerit lirih keluar dari mulut Dini, ketika setelah mencucup-cucup dan menyapukan lidah ke memek, gue dengan cepat menarik lepas g-string dan langsung mengobel memek peret itu dengan lidah gue.
Dengan jari jempol dan telunjuk tangan kiri,
"Pleepthh" gue menguakkan lipatan bibir memek yang makin membasah..
WoW!! warna rongga dalam memek Dini yang merah muda segar dan mengkilat, sungguh bikin kontie gue ga mau turun.
"Boss, otong pengen nyelup ke dalem lubang itu boss, yaa?" kontie gue udah ikutan merengek rengek.
"Oohh shitt! Mmph!.. Feel so good Renn, auwhh!.. Auuwhh!!" rengek Dini keenakan ketika mulut gue membentuk hurup O, gue tempelkan pas di rongga memeknya, dan menyedot-nyedotnya..
"Slurph.. Sluurph.. Sluurphh!"
Gue tambahkan juga urutan-urutan lembut disertai pilinan kecil di clitoris Dini yang makin menonjol keras.
"Aah Renn!!" rengek Dini sambil menjambak rambut gue dan menekannya semakin ketat kearah memek, sewaktu lidah gue menguas, melingkar, dan merayapi di segenap penjuru dinding memek. Jari jempol dan telunjuk gue juga terus menarik-narik clitoris merah muda dengan gerakan mengocok.
"Ren, ahh!!!" jerit Dini dengan tubuh melengkung keatas dan mulai berkelojotan.
Gue langsung menjulurkan lidah sepanjang mungkin kearah dalam memek Dini, dan akhirnya..
"I'MM.. CUMM..MINGGGHHH!! AA..AAHH..SSHHH..!!" jerit kenikmatan Dini saat memperoleh orgasmenya.
"Sherr.. Sheer.." cairan gairah Dini keluar, membalur lidah gue dengan hangatnya.
Gue juga bisa merasakan kedutan dan gigitan dari mulut memek Dini yang bergerinjal itu meremas kuat batang lidah gue yang terjulur masuk kedalam memeknya. Gadis cantik puteri Tante Mila itu tampak terengah-engah menikmati sisa orgasme yang menghantam gairah birahinya.
"Thanks yaa Ren. Hebat banget teknik oral lo.." bilang Dini setelah merapikan rok jeans yang tersingkap.
"Yoaa Dinn." jawab gue singkat.
"Ya sudah, pulang yuk Ren. Ni mobil lo bawa deeh sekalian buat jemput gue ntar malem.." kata Dini sambil memutar cd player, dan menghentak lah lagu Aneurysm dari Nirvana. Tak lupa dengan gaya yang seksi, Dini menyulut rokok fave-nya dan beranjak untuk membuka sunroof.
"Vespa gue biar di urus sama anak-anak aja deeh.." gumam gue dalam hati teringat si telor asin.
"Bruum!.. Brumm!.. Brum!.." deru suara Audi solid black yang beringas mulai melaju membelah jalanan.
* * * * * * *